Jumat, 22 Juli 2011

KITAB HIKAM Terpilih Bag 1

Engkau [masih lagi] bersama segala alam semesta selagi
engkau tiada menyaksikan Si Pencipta Segala Alam Semesta.
Apabila engkau sudah menyaksikanNya, segala alam semesta
adalah bersamamu (yakni engkau akan menyaksikan juga bahawa
sebenarnya salinan segala alam semesta berada di dalam dirimu).

Sesungguhnya, al-kaun (kosmos, yakni alam semesta) hanya
dapat meliputimu dari segi jasmanimu sahaja, dan tiadalah ia dapat
meliputimu dari segi thubÍt (penetapan-penetapan) kerohanianmu
(yakni hakikat kalbu insan itu sebenarnya adalah lebih luas daripada
alam semesta dan adalah ia meliputi isi seluruh alam semesta).

Orang yang berada di dalam al-kaun (kosmos, yakni alam
semesta) dan masih tiada terbuka kepadanya medan-medan [dari
alam] ghaib, [keadaannya] adalah terpenjara oleh segala yang
meliputinya (yakni oleh segala persekitarannya) dan dia adalah
terkurung di dalam kerangka zatnya (yakni tubuh badannya).

Dia (yakni AllÁh SubËÁnahu Wa Ta‘ÁlÁ) telah meletakkan
dirimu di alam pertengahan, di antara alam mulkiNya (yakni alam
nyata, yang dapat disaksikan oleh mata di kepala kita) dan alam
malakutNya (yakni alam ghaib, yang tidak dapat disaksikan oleh
mata di kepala kita), untuk memberitahu kepadamu tentang
kebesaran kadarmu (yakni tentang ketinggian darjatmu) di antara
segala makhlukNya, dan juga bahawa sesungguhnya, engkau
adalah sebuah permata, [yang mana] tersembunyi/terkandung di
dalam dirimu mutiara-mutiara segala ciptaanNya.

Barangsiapa yang mengisbatkan (menentukan atau menetapkan)
dirinya adalah seorang yang bertawaduk (yakni seorang yang
merendahkan diri), maka dia sebenarnya adalah seorang yang
membesarkan diri, kerana tiadalah perendahan diri itu melainkan
dari [sisi] peninggian diri (yakni tiadalah orang yang menganggap
dirinya sudah merendahkan diri melainkan orang yang melihat
dirinya adalah tinggi).
Maka apabila engkau mengisbatkan dirimu sudah bertawaduk,
engkau [pada hakikatnya] adalah seorang yang membesarkan diri.

Bukanlah orang yang bertawaduk itu orang yang apabila dia
merendahkan diri, melihat bahawa dia adalah di atas apa yang telah
dilakukannya (yakni menyangka yang dia sudah memiliki martabat
yang tinggi).
Tetapi, orang yang bertawaduk itu adalah orang yang apabila
dia merendahkan diri, melihat bahawa dia [sebenarnya] adalah di
bawah apa yang telah dilakukannya (yakni masih tiada layak untuk
dikatakan sudah merendahkan diri kerana banyak kekurangannya).

Kamis, 21 Juli 2011

Taubat

1. Dari Abu Hurairah ra. Ia berkata: Saya mendengar dari
Rasulullah SAW, bersabda: “Demi Allah, sesungguhnya saya
membaca istighfar dan bertaubat kepada-Nya lebih dari tujuh
puluh kali setiap hari.” (HR. Bukhari)

2. Dari Al-Aghar bin Yasar Al-Muzanniy ra., ia berkata:
Rasulullah SAW, bersabda: “Wahai manusia, bertaubatlah
kalian kepada Allah dan mohonlah ampun kepada-Nya,
sesungguhnya saya bertaubat seratus kali setiap hari.” (HR.
Muslim)

3. Dari Abu Hamzah Anas bin Malik Al-Anshariy (pembantu
Rasulullah SAW) berkata: Rasulullah SAW, bersabda:
“Sesungguhnya Allah gembira menerima taubat hamba-Nya,
melebihi kegembiraan seseorang diantara kalian ketika
menemukan kembali untanya yang hilang di padang yang
luas.” (Muttafaqalaih)
Dalam riwayat Imam muslim disebutkan, beliau bersabda:
“Sesungguhnya Allah sangat gembira menerima taubat
hamba-Nya ketika bertaubat kepada-Nya, melebihi dari
kegembiraan seseorang yang berkendaraan di tengah padang
pasir tetapi hewan yang dikendarai lari meninggalkannya,
padahal di atas hewan itu terdapat makanan dan minuman,
kemudian dia berteduh di bawah pohon, dan membaringkan
badannya, sedang ia benar-benar putus asa untuk
menemukan kembali hewan yang dikendarainya. Ketika
bangkit, tiba-tiba ia menemukan kembali hewan yang
dikendarainya lengkap dengan bekal yang dibawanya, ia pun
segera memegang tali kekangnya, seraya berkata karena
sangat gembira: “Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku
adalah Tuhan-mu.” Ia keliru mengucapkan kalimat itu karena
luapan kegembiraannya.”

4. Dari Abu Musa Abdullah bin Qais Al-Asy’ariy ra., dari Nabi
SAW, beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala itu
membentangkan tangan-Nya (memberikan kesempatan) pada
waktu malam, untuk taubat orang yang berbuat dosa pada
waktu siang hari. Dan Allah membentangkan tangan-Nya
pada waktu siang, untuk taubat orang yang berbuat dosa di
malam hari, hingga matahari terbit dari barat.” (HR Muslim)

5. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Rasulullah SAW, bersabda:
“Siapa saja bertaubat sebelum matahari terbit dari barat,
niscaya Allah menerima taubatnya.” (HR Muslim)

6. Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Umar bin Khaththab ra.
Dari Nabi SAW, beliau bersabda : “ Sesungguhnya Allah Yang
Maha Agung akan menerima taubat seseorang sebelum
nyawa sampai di tenggorokan (sebelum sekarat).” ( H.R.
Tirmidzi )

7. Dari Zir bin Hubais, ia berkata : “Saya mendatangi Shafwan
bin `Assal ra. untuk menanyakan tentang mengusap ke dua
khuf, kemudian dia menanyaiku: “Wahai Zir, mengapa
engkau kemari?” . Saya menjawab : “Untuk mencari ilmu.” Ia
pun berkata : “Sesungguhnya malaikat membentangkan
sayapnya bagi orang yang mencari ilmu, karena senang
terhadap apa yang dicarinya.” Kemudian aku melanjutkan
pertanyaanku : “Wahai Shafwan saya masih belum jelas
tentang cara mengusap kedua sepatu sesudah berak dan
kencing sedangkan engkau adalah salah seorang sahabat Nabi
SAW, maka saya datang ke sini untuk bertanya kepadamu,
apakah engkau pernah mendengar beliau menjelaskan
masalah itu?” Ia menjawab : “Ya, beliau menyuruh kami bila
dalam perjalanan agar tidak melepas khuf selama tiga hari
tiga malam kecuali berjanabat6, tetapi kalau hanya berak,
kencing, atau tidur tidak perlu dilepas.” Saya bertanya lagi
:”Apakah engkau pernah mendengar Rasulullah SAW,
menyebut tentang cinta?” Ia menjawab : “Betul, ketika kami
datang bepergian bersama Rasulullah SAW mendadak
seorang Badui memanggil Rasulullah SAW dengan suara
keras: Ya..Muhammad,” maka Rasulullah pun menjawab
menyerupai suaranya. Kemudian saya berkata kepada orang
Badui itu : “Rendahkanlah suaramu, karena engkau
berhadapan dengan Nabi SAW Dan kamu dilarang berkata
seperti itu.” Dan orang Badui itu berkata lagi: “Bagaimana
seseorang yang mencintai sekelompok orang, tetapi ia tidak
boleh berkumpul bersamanya?” Nabi SAW menjawab :
“Seseorang itu akan bersama dengan orang yang dicintainya
di hari kiamat.” Beliau selalu bercerita kepada kami, sampai
akhirnya beliau menceritakan tentang sebuah pintu yang
berada di sebelah barat, pintu itu sebesar 40 atau 70 tahun
perjalanan.” Menurut Sufyan, salah seorang perawi dari
daerah Syiria berkata : “Allah Ta`ala menciptakan pintu itu
ketika Ia menciptakan langit dan bumi; pintu itu senantiasa
terbuka untuk menerima taubat dan tidak akan ditutup
sebelum matahari terbit dari arah barat. ( H.R Tirmidzi )
6.Apabila keluar air mani karena mimpi atau bersetubuh
dengan istrinya.

8. Dari Abu Sa`id Sa`ad bin Malik bin Sinan Al- Khudriy ra. Nabi
SAW bersabda : “Sebelum kalian, ada seorang laki-laki
membunuh 99 orang. Kemudian ia bertanya kepada penduduk
sekitar tentang seorang yang alim, maka ia ditunjukkan
kepada seorang rahib ( pendeta Bani Israil). Setelah
mendatanginya, ia menceritakan bahwa ia telah membunuh
99 orang, kemudian ia bertanya : “ Apakah ia bisa
bertaubat?”. Ternyata pendeta itu menjawab : “Tidak” Maka
pendeta itupun dibunuh sehingga genaplah jumlahnya
seratus. Kemudian ia bertanya lagi tentang seorang yang
paling alim di atas bumi ini. Ia ditunjukkan kepada seorang
laki-laki alim. Setelah menghadap ia bercerita bahwa dirinya
telah membunuh seratus jiwa, dan bertanya : “ Bisakah saya
bertaubat?” Orang alim itu menjawab: “Ya, siapakah yang
akan menghalangi orang bertaubat? Pergilah kamu ke kota ini
(menunjukkan ciri-ciri kota yang dimaksud) sebab di sana
terdapat orang-orang yang menyembah Allah Ta`ala.
Beribadahlah kepada Allah bersama mereka dan jangan
kembali ke kotamu. Karena kotamu kota yang jelek!” Lelaki
itupun berangkat, ketika menempuh separuh perjalanan maut
menghampirinya. Kemudian timbullah perselisihan antara
malaikat Rahmat dengan malaikat Azab, siapakah yang lebih
berhak membawa rohnya. Malaikat Rahmat beralasan bahwa
: “Orang ini datang dalam keadaan bertaubat, lagi pula
menghadapkan hatinya kepada Allah.” Sedangkan malaikat
Azab (bertugas menyiksa hamba Allah yang berdosa)
beralasan: “Orang ini tidak pernah melakukan amal baik.”
Kemudian Allah SWT. mengutus malaikat yang menyerupai
manusia mendatangi keduanya untuk menyelesaikan masalah
itu dan berkata: “ Ukurlah jarak kota tempat ia meninggal
antara kota asal dan kota tujuan, Manakah lebih dekat, maka
itulah bagiannya.” Para malaiakat itu lalu mengukur, ternyata
mereka mendapati si pembunuh meninggal dekat kota tujuan,
maka malaikat Rahmatlah yang berhak membawa roh orang
tersebut.” ( H.R Bukhari dan Muslim ).
Pada riwayat lain di dalam kitab Ash-Shahih disebutkan : “Ia lebih
dekat sejengkal untuk menuju daerah tujuan, maka ia dimasukkan
dalam kelompok mereka.”
Dalam riwayat lain, di dalam kitab Ash-Shahih disebutkan :
“Kemudian Allah Ta`ala memerintahkan kepada daerah hitam itu
untuk menjauh dan memerintahkan kepada daerah yang baik itu
untuk mendekat kemudian menyuruh kedua malaikat itu
mengukurnya, akhirnya mereka mendapakan daerah yang baik itu
sejengkal lebih dekat sehingga ia diampuni.”
Di dalam riwayat lain disebutkan: “Allah mengarahkan hatinya
untuk menuju ke daerah yang baik itu”

9. Dari Abdullah bin Ka`ab bin Malik ra. ( beliau adalah seorang
panglima perang), dari anaknya, ia berkata : “Saya
mendengar Ka`ab bin Malik bercerita tentang tertinggalnya
(tidak bersama) Rasulullah SAW Dalam perang Tabuk, Ka`ab
bin Malik berkata : “ Saya selalu bersama Rasulullah SAW
Dalam setiap peperangan, kecuali dalam perang Tabuk.
Memang saya juga tidak bersama beliau dalam perang Badar,
tetapi tak seorang pun dicela, karena tidak ikut perang
tersebut. Sebab waktu itu Rasulullah SAW bersama kaum
muslimin keluar bertujuan menghadang rombongan Quraisy,
lalu tanpa terduga Allah mempertemukan mereka dengan
musuh. Sungguh aku mengikuti pertemuan bersama
Rasulullah SAW pada malam hari di dekat Jumrah Aqabah,
ketika kami berjanji memeluk Agama Islam. Saya tidak
merasa lebih senang seandainya saya bisa mengikuti perang
Badar, tetapi tidak mengikuti ba`iat di Jumrah Aqabah,
meskipun perang Badar lebih banyak disebut-sebut
keutamaanya di kalangan manusia daripada Ba`iat Jumrah
Aqabah. Adapun cerita tentang diriku tidak ikut perang Tabuk,
waktu itu saya sama sekali tidak merasa lebih kuat ataupun
lebih mudah (mencari perlengkapan perang), daripada ketika
aku tertinggal Rasulullah SAW daripada ketika aku tertinggal
dari perang Tabuk. Demi Allah sebelum perang Tabuk saya
tidak dapat mengumpulkan dua kendaraan sekaligus, tetapi
waktu perang Tabuk kalau mau saya bisa melakukannya.
Dikarenakan Rasulullah SAW berangkat ke Tabuk ketika hari
itu sangat panas, menghadapi perjalanan jauh dan sulit, serta
menghadapi musuh yang berjumlah besar, maka Rasulullah
merasa perlu membekali kaum muslimin akan kesulitankesulitan
yang mungkin dihadapi, agar kaum muslimin
membuat persiapan yang cukup. Rasulullah juga menjelaskan
tentang tujuan mereka.
Waktu itu, kaum muslimin yang ikut perang Tabuk bersama
Rasulullah SAW cukup banyak (sekitar 30.000 orang), tetapi
nama-nama mereka tidak tercatat dalam buku. Sedikit sekali
di antara mereka yang absen (bersembunyi dan tidak ikut
perang). Orang-orang yang absen itu mengira bahwa
Rasulullah SAW tidak mengetahuinya, selama wahyu Allah
Ta`ala tidak turun.
Rasulullah berangkat ke Tabuk ketika buah-buahan dan
tetumbuhan kelihatan bagus. Karena itu, hatiku lebih condong
ke sana (kepada buah-buahan dan tetumbuhan). Tatkala
Rasulullah dan kaum muslimin hendak berangkat
mempersiapkan segala sesuatunya, akupun bergegas keluar,
guna mempersiapkan diri bersama mereka. Namun saya
kembali tanpa menghasilkan apa-apa, padahal dalam hati aku
berkata: “Saya mampu mempersiapkannya jika bersungguhsungguh.“
Demikian itu berlangsung terus, dan saya selalu
menundanya untuk mempersiapkan perlengkapan perang,
sampai kesibukan kaum muslimin memuncak. Pada akhirnya,
di pagi hari Rasulullah SAW beserta kaum muslimin
berangkat, sementara saya belum mengadakan persiapan.
Lalu saya keluar (untuk mencari perlengkapan), tetapi saya
kembali dengan tangan kosong. Hingga kaum muslimin
bertambah jauh dan pertempuran semakin dekat. Kemudian
saya putuskan untuk menyusul kaum muslimin. Dengan
perasaan menyesal ia berkata: “Andai saja saya berbuat
demikian, namun takdir menentukan lain,”
Akhirnya, apabila saya keluar dan bergaul dengan masyarakat
sesudah berangkatnya Rasulullah SAW Hatiku resah dan saya
menganggap diri ini tidak lebih sebagai seorang munafiq, atau
lelaki yang diberi keringanan oleh Allah karena lemah (pada
saat itu, di Madinah yang tinggal hanyalah orang-orang yang
disebut munafiq dan orang-orang yang udzur karena amat
lemah, seperti orang yang tidak dapat berjalan, buta, sakit,
dan sebagainya). (Menurut keterangan teman-teman)
Rasulullah SAW tidak pernah menyebut-nyebut saya, hingga
sampai ke Tabuk. Sesampainya di Tabuk, barulah beliau
bertanya : “Apa sebenarnya yang dikerjakan oleh Ka`ab Bin
Malik?” Salah seorang dari Bani Salimah menjawab : “Ya
Rasulullah, dia terhalang oleh selendangnya dan sedang
memandang kedua pinggangnya (sedang bersenang-senang
memakai pakaiannya). “Tetapi Mu`adz bin Jabal
menghardiknya : “Betapa buruk perkataanmu, Demi Allah,
yang kami ketahui pada Ka`ab hanyalah kebaikan.”
Rasulullah SAW pun diam. Pada saat itulah melihat seorang
lelaki berpakaian putih sedang berjalan di kejauhan.
Rasulullah bersabda: “Mudah-mudahan itu adalah Abu
Khaitsamah.” Ternyata benar, orang itu adalah Abu
Khaitsamah Al-Anshariy. Dialah orang yang bersedekah
segantang kurma, ketika diolik-olok oleh orang munafiq.
Ka`ab meneruskan ceritanya: ”Tatkala saya mendengar,
bahwa Rasulullah berada dalam perjalanan pulang dari Tabuk,
maka kesusahan pun mulai menyelimuti saya. Saya mulai
mereka-reka, alasan apa yang bisa menyelamatkan saya dari
Rasulullah SAW Saya juga meminta bantuan keluargaku
mencari alasan dan jalan keluar yang sangat baik. Tetapi,
ketika mendengar bahwa Rasulullah SAW sudah dekat,
hilanglah segala macam kebohongan yang saya siapkan,
hingga saya yakin tidak ada alasan yang dapat
menyelamatkan dari Rasulullah SAW selamanya. Karena itu
saya mengatakan yang sebenarnya. Keesokan harinya,
Rasulullah SAW tiba. Biasanya, kalau beliau datang dari
bepergian, yang beliau tuju pertama kali adalah masjid.
Beliau mengerjakan shalat dua raka`at lalu duduk menunggu
kaum muslimin melaporkan sesuatu dan sebagainya.
Maka berdatanganlah orang-orang yang tidak ikut ke Tabuk,
menemui beliau. Mereka mengemukakan berbagai alasan
kepada Rasulullah SAW disertai dengan sumpah. Mereka yang
tidak ikut perang Tabuk ada delapan puluh orang lebih.
Rasulullah SAW Menerima mereka, beliau memperkenankan
memperbaharui bai`at dan memohonkan ampun bagi
mereka, sedangkan batin mereka, beliau serahkan kepada
Allah Ta`ala. Tibalah giliran saya menghadap. Ketika saya
mengucapkan salam beliau tersenyum sinis, kemudian
bersabda : “Kemarilah” Ka`ab berjalan mendekat dan duduk
di hadapan beliau. Lalu beliau mulai bertanya: “Apa yang
menyebabkan engkau tidak ikut berangkat? Bukankah engkau
telah membeli kendaraan?” Saya menjawab: “Ya, Rasulullah!
Demi Allah, andaikan saya duduk di hadapan orang selainmu,
saya yakin dapat bebas dari kemarahannya dengan
menggunakan berbagai alasan yang bisa diterima. Sungguh,
saya telah dikaruniai kepandaian berbicara. Namun, demi
Allah aku benar-benar yakin, seumpama hari ini saya berkata
bohong dan engkau menerimanya, pasti sebentar lagi Allah
Ta`ala menggerakan hatimu untuk marah kepada saya.
Sebaliknya, jika saya berkata benar yang membuatmu marah,
maka saya dapat mengharapkan penyelesaian yang baik dari
Allah. Demi Allah, aku tidak mempuyai udzur7.” Demi Allah,
diriku sama sekali tidak merasa kuat dan lebih mudah
daripada ketika aku tidak mengikutimu ke Perang Tabuk.
Sekarang ini, saya merasa cukup segalanya”
Rasulullah SAW, bersabda : Orang ini (Ka`ab bin Malik) telah
berkata benar. Berdirilah! Tunggulah keputusan Allah
terhadap dirimu. Akupun berdiri. Beberapa orang dari Bani
Salimah menghampiri saya. Mereka berkata kepada saya :
“Demi Allah, kami tidak pernah melihatmu melakukan dosa
sebelum ini. Engkau benar-benar tidak mampu
mengemukakan alasan kepada Rasulullah SAW seperti yang
dilakukan oleh orang-orang lain yang tidak ikut ke Tabuk.
Mestinya cukuplah bagimu, jika Rasulullah SAW memintakan
ampun untukmu.”
Ka`ab melanjutkan : “Demi Allah, orang-orang Bani Salimah
itu terus menerus menyalahkan diriku, sehingga ingin rasanya
saya kembali kepada Rasulullah SAW Untuk meralat
perkataanku. Tetapi kemudian aku bertanya kepada orangorang
Bani Salimah itu: “Adakah orang lain yang mengalami
seperti yang saya alami?” Mereka menjawab: “Ya, memang
ada. Ada dua orang yang mengatakan seperti apa yang
engkau katakan dan mereka mendapat jawaban sama seperti
jawaban yang engkau terima.” Saya bertanya :”Siapa
mereka?” Mereka menjawab:” Murarah bin Rabi`ah Al-Amiriy
dan Hilal bin Umayyah Al-Waqifiy.”
Dua orang lelaki shalih itu telah mengikuti perang Badar dan
dapat kuikuti karena akhlaknya. Sejak saat itu, Rasulullah
SAW melarang kaum muslimin berbicara dengan kami bertiga.
Sejak itu pula mereka telah mengubah sikap dan menjauhi
kami, sehingga bumi terasa asing bagiku, seolah-olah bumi
yang saya pijak ini bukanlah bumi yang sudah kukenal.
Keadaan seperti ini berlangsung selama lima puluh hari.
Dua orang temanku ( Murarah dan Hilal) menyembunyikan
diri dan diam di rumahnya masing-masing, sambil tiada hentihentinya
menangis mohon ampun kepada Allah karena tidak
ikut perang.
Di antara kami bertiga, akulah orang yang paling muda dan
paling kuat. Aku tetap keluar rumah untuk mengikuti salat
jama`ah bersama kaum muslimin, juga pergi ke pasar, tetapi
tak seorangpun mau diajak bicara. Saya pergi menghadap
Rasulullah SAW Untuk sekadar mengucapkan salam kepada
beliau di tempat duduk beliau sesudah salat. Tetapi hati ini
berkata: “Apakah Rasulullah SAW, akan menggerakan bibir
beliau untuk menjawab salam, ataukah tidak?” Kemudian
saya mengerjakan salat berdekatan dengan beliau, sesekali
aku melirik beliau. Apabila menghadap ke salat, beliau
memandangku, kalau menengok ke arah beliau, beliau
berpaling dari saya.
Hal ini terjadi berturut-turut sampai suatu hari saya berjalanjalan,
lalu melompati pagar pekarangan Abu Qatadah. Dia
adalah saudara sepupu dan orang yang paling kusayangi.
Kuucapkan salam kepadanya, demi Allah, bukankah engkau
tahu bahwa aku ini cinta kepada Allah dan Rasul-Nya?” Abu
Qatadah diam saja. Sehingga kuulangi pertanyaanku, dia
tetap diam, sesudah saya ulangi pertanyaan saya sekali lagi,
barulah dia menjawab:”Allah dan Rasul-Nya lebih tahu!”
Seketika itu mengalirlah air mata saya dan saya pun pulang.
Pada suatu hari, ketika saya sedang berjalan-jalan di kota
Madinah, tiba-tiba ada seorang petani beragama Kristen dari
Syam yang datang ke Madinah untuk menjual bahan
makanan. Petani itu bertanya (kepada orang-orang yang
berada di pasar) :” Siapakah yang dapat menunjukkanku
kepada Ka`ab bin Malik?” orang-orang memberikan isyarak
ke arahku. Petani itu mendatangiku dan menyerahkan
sepucuk surat kepadaku, dari Raja Ghassan. Setelah saya
baca ternyata isinya sebagai berikut: ”Amma ba`du. Sungguh
kami mendengar bahwa temanmu (Nabi Muhammad SAW)
mendiamkanmu, sedangkan Allah sendiri tidak menjadikanmu
untuk tinggal di tempat hina dan tersia-sia. Karena itu
datanglah ke negeri kami. Kami pasti menolongmu.”
Saat membaca surat itu aku berpikir: ”Ini juga merupakan
cobaan.” Kemudian saya bakar surat itu di dapur. Selang
empat puluh hari, tiba-tiba seorang utusan Rasulullah SAW
Datang kepadaku dan berkata : “Rasulullah SAW
memerintahkanmu untuk menjauhi isterimu.” Ka`ab
bertanya: “Apakah saya harus menceraikannya atau
bagaimana?”
Utusan itu menjawab :”Tidak, tetapi hindarilah dia, jangan
dekat-dekat padanya!”
Rasulullah SAW juga mengirimkan utusan kepada kedua
orang temanku (Murarah dan Hilal), yang maksudnya sama
dengan yang kuterima. Saya berkata kepada isteriku:
”Pulanglah kepada keluargamu. Sementara menetaplah
engkau di sana, sampai keputusan Allah datang.
Suatu saat isteri Hilal bin Umayyah menghadap kepada
Rasulullah SAW Memohon kepada beliau :”Ya Rasulullah!
Suamiku, Hilal bin Umayyah, adalah seorang tua
sebatangkara dan tidak mempunyai pelayan, Apakah engkau
keberatan bila aku melayaninya?” Rasulullah SAW menjawab:
”Tidak, tetapi yang saya maksud jangan sampai dia dekatdekat
padamu.” Isteri Hilal pun berkata: ”Demi Allah, Hilal
sudah tidak lagi mempunyai keinginan sedikitpun(gairah)
terhadapku. Dan demi Allah, tak henti-hentinya dia menangis
sejak engkau melarang kaum muslimin berbicara dengannya,
sampai hari ini.”
Sebagian keluarga berkata kepada saya : “Hai Ka`ab! Kalau
saja engkau meminta izin kepada Rasulullah SAW untuk
isterimu tentu itu lebih baik, sebagaimana isteri Hilal bin
Umayyah untuk melayani suaminya.” Saya menjawab: ”Saya
tidak akan meminta izin kepada Rasulullah SAW Saya tidak
tahu apa yang akan dikatakan Rasulullah SAW Apabila saya
meminta izin beliau, sedangkan saya seorang yang masih
muda.”
Saya lalui kehidupan tanpa isteri itu selama sepuluh hari
(menunggu keputusan Allah). Genaplah sudah bagi kami, lima
puluh hari sejak ada larangan berbicara dengan kami.
Kemudian pada hari ke lima puluh, di bagian atas rumahku
pada saat aku sedang duduk ketika shalat shubuh, Allah
menyebut-nyebut tentang kami. Di saat itu pula hatiku sangat
resah, bumi yang sedemikian luas seakan sempit bagiku.
Kemudian aku mendengar suara orang yang berteriak-teriak
naik ke atas Sal`i. “Hai Ka`ab bin Malik, bergembiralah !”
Serta merta aku menjatuhkan diri bersujud syukur dan aku
tahu. Bahwa saya dapat penyelesaian.
Rasulullah SAW memberi tahu kepada kaum muslimin, bahwa
Allah Yang Mahaagung dan Maha Tinggi telah menerima
taubat kami bertiga. Kabar itu disampaikan seusai beliau
mengerjakan shalat Subuh. Maka kaum muslimin
berdatangan mengucapkan selamat dan ikut bergembira, juga
kepada kedua orang teman (Murarah dan Hilal). Mereka ada
yang datang berkuda, ada lagi penduduk Aslam yang berjalan
kaku dan ada pula yang naik gunung berteriak mengucapkan
selamat, sehingga suaranya lebih cepat dari larinya kuda.
Ketika saya mendengar ucapan selamat dari orang pertama
dan datang kepada saya, seketika itu juga saya melepaskan
pakaian dan saya kenakan kepadanya. Padahal demi Allah
waktu itu saya tidak memiliki pakaian.
Setelah itu, saya meminjam pakaian dan berangkat untuk
menghadap Rasulullah SAW Sementara kaum muslimin
menyambutku, mengucapkan selamat atas diterimanya
taubatku. Mereka berkata kepada saya : “Selamat atas
pengampunan Allah kepadamu.”
Demikianlah, sepanjang jalan kaum muslimin memberikan
selamat. Sesampainya di masjid, ternyata Rasulullah SAW
Sedang duduk dikelilingi oleh para sahabat. Melihat
kedatanganku, sahabat Thalhah bin Ubaidillah segera berdiri
menyongsongku. Menjabat tangan saya dan memberi
selamat. Demi Allah! Tak seorangpun di antara para sahabat
Muhajirin yang berdiri, kecuali dia. Karena itulah Ka`ab tak
bisa melupakan kebaikannya.
Ka`ab meneruskan ceritanya.:”Tatkala saya mengucapkan
salam kepada Rasulullah SAW Beliau menyambut saya
dengan wajah berseri-seri dan berkata:”Bergembiralah!
Karena, hari ini merupakan hari paling baik bagimu, sejak
kamu dilahirkan ibumu.”Aku bertanya: “Wahai Rasulullah
apakah darimu sendiri ataukah dari sisi Allah?” Beliau SAW
Menjawab :”Dari Allah yang Mahaagung dan Maha Tinggi.”
Jika merasa senang, wajah Rasulullah SAW, bersinar terang,
seolah-olah merupakan potongan rembulan. Melalui
wajahnya, kami mengetahui bahwa Rasulullah SAW sedang
senang hatinya.
Ketika saya duduk menghadap beliau, aku berkata:”Ya
Rasulullah, sungguh, termasuk taubat saya (sebagai
pernyataan rasa syukurku), aku hendak menyerahkan harta
bendaku sebagai sedekah untuk (mendapakan ridha) Allah
dan Rasul-Nya.” Rasulullah SAW, bersabda: ”Simpanlah
sebagian harta bendamu (Jangan engkau serahkan
seluruhnya). Itu lebih baik. ”Kemudian saya menjawab: ”Saya
masih mempunyai tanah yang menjadi bagian saya hasil dari
rampasan perang di Khaibar.” Lebih lanjut saya berkata:”Ya
Rasulullah, sesungguhnya, Allah telah menyelamatkanku
karena kejujuran. Dan saya nyatakan, bahwa termasuk
taubatku (sebagai pernyataan rasa syukur kepada Allah).
Saya tidak akan berbicara selain yang benar, selama hidup
saya.” Demi Allah, saya tidak pernah melihat seorangpun di
antara kaum muslimin yang diuji Allah Ta`ala untuk berkata
jujur, lebih baik dari saya semenjak berjanji kepada Rasululah
SAW Hingga kini, aku tidak pernah sengaja berbohong. Dan
saya berharap semoga Allah menjagaku dalam sisa hidupku.
Kemudian Allah menurunkan ayat surat At-taubah.:”
Sesungguhnya Allah telah benar-benar menerima taubat Nabi,
sahabat-sahabat Muhajirin dan Anshar yang mengikuti Nabi
(Berangkat ke Tabuk) dalam masa kesulitan (mencari
perlengkapan perang), sesudah hati segolongan dari para
sahabat tersebut hampir saja berpaling (saking berat dan
payahnya), kemudian Allah menerima taubat mereka,
Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
terhadap mereka. Dan juga terhadap tiga orang (Ka`ab, Hilal,
dan Murarah) yang ditangguhkan (keputusan penerimaan)
taubat mereka, sehingga manakala bumi telah menjadi
sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan merekapun
telah sempit pula dirasakan oleh mereka, serta mereka tahu
bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah melainkan
kepada-Nya saja. Kemudian Allah menerima taubat mereka,
agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah
Zat Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang. Hai orangorang
yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah kalian berkumpul dengan orang-orang yang
benar.” Menurut Ka`ab, demi Allah! Belum pernah Allah
memberikan nikmat, sesudah Dia memberi saya petunjuk
memeluk islam yang melebihi kejujuran saya kepada
Rasulullah SAW Sebab, andaikata saya berbohong kepada
beliau, pastilah bencana menimpa saya (rusak agamaku),
sebagaimana orang-orang munafiq yang berdusta kepada
beliau. Sungguh, Allah berfirman untuk orang-orang yang
mendustai Rasulullah SAW dan mengecam betapa jelek orang
tersebut.
Sebagaimana firman Allah dalam surat At-Taubah, ayat 95
dan 96:”Orang-orang munafik itu akan bersumpah dengan
nama Allah kepada kalian, apabila kalian kembali kepada
mereka (di Madinah), agar kalian berpaling dari mereka (tidak
mencela mereka). Maka berpalinglah kalian dari mereka,
karena sesungguhnya mereka itu najis (hatinya) dan tempat
mereka adalah Jahannam (di Akhirat), sebagai balasan atas
apa yang mereka perbuat. Mereka akan bersumpah kepada
kalian, supaya kalian ridha terhadap mereka. Tetapi, jika
sekiranya kalian ridha terhadap mereka, maka ketahuilah
sesungguhnya Allah ridha terhadap orang-orang yang fasik.”
Lebih lanjut Ka`ab berkata: ”Urusan kami bertiga ditunda dari
urusan orang-orang munafiq, ketika mereka bersumpah
kepada Rasulullah SAW lalu beliau menerima bai`at mereka
dan meminta ampun kepada Allah. Tetapi masalah kami
ditunda Rasulullah SAW Sampai Allah memutuskan menerima
taubat kami.
Sebagaimana firman Allah Ta`ala :”Dan terhadap tiga orang
yang ditangguhkan taubatnya.”
Firman Allah tersebut menurut Ka`ab, bukan berarti kami
bertiga ketinggalan dari perang Tabuk, tetapi mempunyai arti
bahwa persoalan kami bertiga diundur dari orang munafiq
yang bersumpah kepada Rasulullah SAW Dan menyampaikan
bermacam-macam alasan yang kemudian diterima oleh
Rasulullah SAW”
( H.R Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain : “ Nabi SAW Pada waktu perang Tabuk keluar
pada hari kamis; dan memang sudah menjadi kesukaan beliau
untuk bepergian pada hari kamis”
Dalam salah satu riwayat disebutkan :”Biasanya beliau kalau datang
dari bepergian pada waktu pagi, dan bila datang biasanya langsung
ke masjid dan salat dua rakaat kemudian duduk di dalamnya.”

10. Dari Abu Nujaki Imran bin Al-Husain Al-Khuza`iy ra., ia
berkata :”Ada seorang wanita dari Juhainah datang kepada
Rasulullah SAW, sedangkan ia sedang hamil karena berzina
dan berkata:”Ya Rasulullah, saya telah melakukan kesalahan,
dan saya harus di had(hukum), maka laksanakanlah had itu
pada diri saya. ”Kemudian Nabi SAW memanggil walinya9
seraya bersabda: “perlakukanlah baik-baik wanita ini, apabila
sudah melahirkan, bawalah kemari.”Maka dilaksanakan
perintah itu oleh walinya. Kemudian setelah wanita itu
melahirkan, dibawalah ke hadapan Rasulullah SAW Dan
memerintahkan untuk wanita, maka diikatkanlah pakaiannya
untuk dirajam.
Setelah ia mati, maka Rasulullah SAW menyalatkannya.
Namun Umar berkata kepada beliau: ”Ya Rasulullah, mengapa
engkau menyalatkan wanita itu, padahal ia telah berzina.”
Beliau menjawab : “Wanita itu benar-benar bertaubat, dan
seandainya taubatnya dibagi pada tujuh puluh penduduk
Madinah, niscaya masih cukup. Pernahkah kamu
mendapatkan orang yang lebih utama daripada seseorang
yang telah menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah Tang
Maha Mulia lagi Maha Agung?” ( H.R Muslim)
9 Orang yang bertanggung jawab terhadap dia, di antaranya
orang tua, saudara laki-laki, pamannya atau kerabat dekat yang
lain.

11. Dari Ibnu Abbas dan Anas bin Malik ra., Rasulullah SAW
bersabda : ”Seandainya seorang mempunyai satu lembah dari
emas, niscaya ia ingin mempunyai dua lembah, dan tidak
akan merasa puas kecuali tanah sudah memenuhi mulutnya10.
Dan Allah senantiasa menerima taubat orang yang
bertaubat.” ( H.R Bukhari dan Muslim)
10 Tidak akan puas untuk mengumpulkan harta , sebelum ia
meninggal dunia.

12. Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW Bersabda: ”Allah
gembira manakala ada dua orang yang saling membunuh dan
keduanya masuk surga. Pertama, seseorang yang mati
berjuang di jalan Allah. Yang kedua, orang yang membunuh
itu bertaubat kepada Allah, kemudian masuk Islam dan
terbunuh di Jalan Allah (mati syahid)”.
(H.R Bukhari dan Muslim)’

Ikhlas dan Niat dalam Segala Perilaku Kehidupan

1. Dari Amiril Mukminin Abu Hafsh Umar bin Khathab bin Naufal
bin Abdul Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurth bin Razah bin
Adiy bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib Al-Qurasyiy Al-Adawiy ra.,
ia berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda:
“Setiap amal disertai dengan niat. Setiap amal seseorang
tergantung dengan apa yang diniatkannya. Karena itu, siapa
saja yang hijrahnya (dari Mekkah ke Madinah) karena Allah
dan Rasul-Nya. (mekakukam hijrah demi mengagungkan dan
melaksanakan perintah Allah dan utusan-Nya), maka
hijrahnya tertuju kepada Allah dan Rasul-Nya (diterima dan
diridhai Allah). Tetapi siapa saja yang melakukan hijrah demi
kepentingan dunia yang akan diperolehnya, atau karena
perempuan yang akan dinikahinya, maka hijrahnya sebatas
kepada sesuatu yang menjadi tujuannya (tidak diterima oleh
Allah).” (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Dari Ummul Mukminin Ummu Abdillah Aisyah ra. ia berkata:
Rasulullah SAW Bersabda: “Ada sekelompok pasukan yang
akan menyerang Ka’bah, namun ketika mereka sampai di
tanah lapang, maka mereka dibinasakan dari muka sampai
yang paling belakang. Aisyah bertanya: “Wahai Rasulullah,
bagaimana mereka dibinasakan dari depan sampai yang
paling belakang, padahal di antara mereka ada orang yang
berbelanja serta ada pula orang yang bukan dari golongan
mereka?” Beliau menjawab: “Mereka dibinasakan dari depan
sampai yang paling akhir, kemudian mereka akan
dibangkitkan sesuai dengan niatnya masing-masing.” (HR.
Bukhari dan Muslim)

3. Dari Aisyah ra. Ia berkata: Nabi SAW bersabda: “Tidak ada
hijrah lagi setelah dibukanya kota Makkah, tetapi yang ada
adalah jihad (berjuang di jalan Allah) dan niat untuk selalu
berbuat baik. Oleh karena itu, jika kalian dipanggil untuk
berjuang, maka berangkatlah!” (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Dari Abu Abdillah Jabir bin Abdillah Al-Anshariy ra. Ia berkata:
Kami bersama Nabi SAW dalam salah satu peperangan,
kemudian beliau bersabda: “Sesungguhnya di Madinah ada
beberapa orang, apabila kalian menempuh perjalanan atau
menyeberangi lembah, mereka senantiasa mengikuti,
sedangkan yang mengahalangi mereka hanyalah sakit.”
Dalam salah satu riwayat disebutkan, Rasulullah bersabda:
“Melainkan mereka selalu menyertai kalian di dalam mencari
pahala.” (HR. Muslim)

5. Dari Anas ra., ia berkata: Kami bersama-sama dengan Nabi
SAW kembali dari peperangan Tabuk, kemudian beliau
menjelaskan: “Sesungguhnya masih ada beberapa kaum atau
orang yang kami tinggalkan di Madinah, mereka senantiasa
menyertai kita, baik sewaktu keluar masuk pedusunan
maupun sewaktu menyeberangi lembah, yang menghalangi
mereka hanya uzur.” (HR. Bukhari)

6. Dari Abu Yazid Ma’an bin Yazid bin Al-Akhnas ra. Ia berkata:
“Ayahku Yazid biasa mengeluarkan beberapa dinar untuk
disedekahkan, dan dipercayakan kepada seseorang di masjid
untuk membaginya. Kemudian aku pergi ke masjid untuk
meminta dinar itu, dan menunjukkan kepada ayahku, lalu
ayahku berkata: “Demi Allah, dinar itu tidak aku sediakan
untukmu.” Peristiwa itu kemudian aku sampaikan kepada
Rasulullah SAW, maka beliau bersabda: “Bagimu apa yang
kamu niatkan hai Yazid, dan bagimu apa yang kamu ambil hai
Ma’an.” (HR. Bukhari)

7. Dari Abu Ishaq Sa’ad bin Abi Waqqash Malik bin Uhaib bin
Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin
Lu’ay Al-Qurasyiy Az-Zuhriy ra. (beliau salah seorang dari
sepuluh orang yang dijamin masuk surga), ia berkata:
“Rasulullah SAW menjenguk saya ketika haji Wada’, karena
sakit keras, kemudian saya berkata: “Wahai Rasulullah,
sesungguhnya sakit saya sangat keras sebagaimana engkau
lihat, sedangkan saya mempunyai harta yang cukup banyak
dan yang mewarisi hanyalah seorang anak perempuan.
Bolehkah saya sedekahkan dua pertiga dari harta saya itu?”
Beliau menjawab: “Tidak boleh.” Saya bertanya lagi:
“Bagaimana kalau separuhnya?” Beliau menjawab: “Tidak
boleh.” Saya bertanya lagi: “Bagaimana kalau sepertiganya?”
Beliau menjawab: “Sepertiga itu banyak dan cukup besar.
Sesungguhnya jika kamu meninggalkan ahli warismu kaya, itu
lebih baik daripada kamu meninggalkan mereka dalam
keadaan miskin, sehingga mereka terpaksa meminta-minta
kepada sesama manusia. Sesungguhnya apa yang kamu
nafkahkan dengan maksud untuk mencari ridha Allah pasti
kamu diberi pahala, termasuk apa yang dimakan oleh
istrimu.” Kemudian saya bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah
saya akan segera berpisah dengan kawan-kawanku?” Beliau
menjawab: “Sesungguhnya kamu belum akan bepisah. Kamu
masih akan menambah amal yang kamu niatkan untuk
mencari ridha Allah, sehingga akan bertambah derajat dan
keluhuranmu. Dan barangkali kamu akan segera meninggal
setelah sebagian orang dapat mengambil manfaat darimu,
sedangkan yang lain merasa dirugikan olehmu. Seraya
berdoa, Abu Ishaq berkata: “Ya Allah, mudah-mudahan
sahabat-sahabatku dapat melanjutkan hijrah mereka dan
janganlah engkau mengembalikan mereka ke tempat yang
mereka tinggalkan, tetapi kasihan Sa’ad bin Kaulah yang
selalu disayangkan oleh Rasulullah karena ia mati di Makkah.”
(HR. Bukhari dan Muslim) )

8. Dari Abu Hurairah Abdurrahman bin Shakhr ra., ia berkata
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak
memandang kepada tubuh kalian dan tidak pula kepada rupa
kalian, tetapi Dia memandang kepada hati kalian.” (HR.
Muslim)

9. Dari Abu Musa Abdullah bin Qais Al-Asy’ariy ra., ia berkata:
“Rasulullah SAW pernah ditanya, manakah yang termasuk
berperang di jalan Allah? Apakah berperang karena
keberanian, kesukuan, ataukah berperang karena ria’?
Rasulullah SAW menjawab: “Siapa saja yang berperang agar
kalimat Allah terangkat, maka itulah perang di jalan Allah.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

10. Dari Abu Bakrah Nufa’i bin Harits Ats-Tsaqafiy ra., ia
berkata: Nabi SAW bersabda: “Apabila ada dua orang Islam
yang bertengkar dengan pedangnya, maka orang yang
membunuh dan yang terbunuh sama-sama berada dalam
neraka.” Saya bertanya: “Wahai Rasulullah, sudah wajar yang
membunuh masuk neraka, tetapi mengapa yang terbunuh
juga masuk neraka?” Beliau menjawab: “Karena ia sangat
berambisi untuk membunuh kawannya.” (HR. Bukhari dan
Muslim)

11. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: “Rasulullah SAW
bersabda: “Shalat seseorang dengan berjamaah, lebih banyak
pahalanya daripada shalat sendirian di pasar atau di
rumahnya, selisih dua puluh derajat. Karena seseorang yang
telah menyempurnakan wudhunya, kemudian pergi ke masjid
dan hanya bertujuan untuk shalat, maka setiap langkah
diangkatlah satu derajat dan diampuni satu dosa, sampai ia
masuk masjid. Apabila ia berada dalam masjid ia dianggap
mengerjakan shalat selama menunggu dilaksanakannya. Para
malaikat mendoakan: “Ya Allah, kasihanilah dia, ampunilah
dosa-dosanya, terimalah taubatnya selama tidak berbuat
gaduh dan berhadats.” (HR. Bukhari dan Muslim)

12. Dari Abil Abbas Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib
ra., ia berkata: Rasulullah SAW menjelaskan apa yang
diterima dari Tuhannya, yaitu: “Sesungguhnya Allah SWT.,
sudah mencatat semua perbuatan baik dan buruk, kemudian
Allah menerangkannya kepada para malaikat, mana
perbuatan yang baik dan mana pula perbuatan buruk yang
harus dicatat. Oleh karena itu, siapa saja bermaksud
melakukan perbuatan baik, lalu tidak mengerjakannya, maka
Allah mencatat maksud baik itu sebagai satu amal baik yang
sempurna. Jika orang itu bermaksud melakukan kebaikan,
lalu mengerjakannya, maka Allah mencatat disisi-Nya sebagai
sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus kali lipat, dan dilipat
gandakannya lagi. Siapa saja yang bermaksud melakukan
keburukan, lalu tidak jadi melakukannya, maka Allah
mencatatnya sebagai satu amal baik yang sempurna. Apabila
ia bermaksud melakukan keburukan kemudian
mengerjakannya, maka Allah mencatatnya sebagai satu
kejelekan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

13. Dari Abu Abdirrahman bin Abdullah bin Umar bin
Khaththab ra., ia berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW,
bercerita: “Sebelum kalian, ada tiga orang sedang berjalanjalan,
kemudian mereka menemukan sebuah gua yang dapat
digunakan untuk berteduh dan mereka pun masuk, tiba-tiba
ada batu yang besar dari atas bukit menggelinding dan
menutupi pintu gua, sehingga mereka tidak dapat keluar.
Salah seorang diantara mereka berkata “Sungguh tidak ada
yang dapat menyelamatkan kalian dari bahaya ini, kecuali bila
kalian berdoa kepada Allah SWT., dengan menyebutkan amalamal
shalih yang pernah kalian perbuat.” Kemudian salah
seorang diantara mereka berdoa: “Ya Allah, Saya mempunyai
orang tua yang sudah renta. Kebiasaanku, mendahulukan
mereka minum susu sebelum saya berikan kepada anak isteri
dan budakku. Suatu hari, saya terlambat pulang karena
mencari kayu namun keduanya sudah tidur, aku enggan
untuk membangunkannya, tetapi saya terus memerah susu
untuk persedian minum keduanya. Walaupun demikian saya
tidak memberikan susu itu kepada keluarga maupun kepada
budakku sebelum keduanya minum. Dan saya menunggunya
hingga terbit fajar. Ketika keduanya bangun, kuberikan susu
itu untuk diminum, padahal semalam anakku menangis
terisak-isak minta susu sambil memegangi kakiku. Ya Allah,
jika berbuat itu karena mengharapkan ridha-Mu, maka
geserkanlah batu yang menutupi gua ini.” Kemudian
bergeserlah sedikit batu itu, tetapi mereka belum bisa keluar
dari gua itu. Orang kedua pun melanjutkan doanya: “Ya Allah,
sesungguhnya saya mempuyai saudara sepupu yang sangat
saya cintai.” Dalam riwayat lain disebutkan: “Saya sangat
mencintainya sebagaimana orang laki-laki mencintai orang
perempuan, saya selalu ingin berbuat zina dengannya, tetapi
ia selalu menolaknya. Beberapa tahun kemudian, ia tertimpa
kesulitan. Ia pun datang untuk meminta bantuanku, dan saya
berikan kepadanya seratus dua puluh dinar dengan syarat
menyerahkan dirinya kapan saja saya menginginkan.” Pada
riwayat yang lain: “Ketika saya berada diantara kedua
kakinya, ia berkata: “Takutlah kamu kepada Allah. Janganlah
kamu sobek selaput darahku kecuali dengan jalan yang
benar.” Mendengar yang demikian saya meninggalkannya dan
merelakan emas yang aku berikan, padahal dia orang yang
sangat saya cintai. Ya Allah, jika perbuatan itu karena
mengharapkan ridha-Mu, maka geserkanlah batu yang
menutupi gua ini.” Kemudian bergeserlah batu itu, tetapi
mereka belum bisa keluar dari gua itu. Orang yang ketiga
melanjutkan doanya: “Ya Allah, saya mempekerjakan
beberapa karyawan dan digaji dengan sempurna, kecuali ada
seorang yang meninggalkan saya dan tidak mau mengambil
gajinya terlebih dahulu. Kemudian gaji itu saya kembangkan
kemudian menjadi banyak. Selang beberapa tahun, dia
datang dan berkata: “Wahai hamba Allah, berikanlah gajiku!”
Saya berkata: “Semua yang kamu lihat baik unta, sapi,
kambing, maupun budak yang menggembalakannya, semua
adalah gajimu.” Ia berkata: “Wahai hamba Allah, janganlah
engkau mempermainkan aku!” Saya menjawab: “Saya tidak
mempermainkanmu.” Kemudian dia mengambil semuanya itu
dan tidak meninggalkannya sedikitpun. Ya Allah, jika
perbuatan itu karena mengharapkan ridha-Mu, maka
singkirkanlah batu yang menutupi pintu gua ini.” Kemudian
bergeserlah batu itu dan mereka pun bisa keluar dari dalam
gua.” (HR. Bukhari dan Muslim)

DZIKIR

Al Ghazali berkata :

“Ketahuilah bahwa orang - orang yang memandang dengan cahaya
bashirah mengetahui bahwa tidak ada keselamatan kecuali dalam
pertemuan dengan Allah ta’ala, dan tidak ada jalan untuk bertemu Allah
keduali dengan kematian hamba dalam keadaan mencintai Allah dan
mengenal Allah. Sesungguhnya cinta dan keakraban tidak akan tercapai
kecuali dengan selalu mengingat yang dicintai. Sesungguhnya pengenalan
kepada-Nya tidak akan tercapai kecuali dengan senantiasa berfikir tentang
berbagai penciptaan, sifat-sifat dan perbuatan-perbuatanNya. Di alam
wujud ini yang ada hanyalah Allah dan perbuatan-perbuatanNya.
Sementara itu, tidak akan bisa senantiasa dzikir dan fikir kecuali dengan
berpisah dari dunia berikut syahwat-syahwatnya dan mencukupkan diri
dengannya sesuai keperluan. Tetapi itu semua tidak akan tercapai kecuali
dengan mengoptimalkan waktu-waktu malam dan siang dalam tugas-tugas
dzikir dan fikir.

Karena tabiat nafsu mudah jemu dan pesimis maka ia tidak bisa bertahan
lama dalam satu “seni” aktivitas yang dapat membantu melakukan dzikir
dan fikir, sehingga manusia dituntut agar memberikan “kesegaran” dengan
berganti-ganti dari satu “seni” ke “seni” yang lain, dari satu bentuk ke
bentuk yang lain, sesuai dengan setiap waktu agar dengan pergantian
tersebut dapat merasakan kelezatannya dan dengan kelazatan itu bisa
mempertahankan semangat dan kelangsungannya. Oleh sebab itu, wirid wirid
dibagi kepada beberapa bagian yang beraneka ragam. Jadi, fikir dan
dzikir harus meliputi semua waktu atau sebagian besarnya, karena tabiat
jiwa cenderung kepada kesenangan dunia.
Jika seorang hamba mengalokasikan separuh waktunya untuk mengatur
urusan dunia dan syahwatnya yang dibolehkan misalnya sedangkan
separuh lainnya untuk berbagai ibadah, niscaya kecenderungan kepada
dunia akan lebih berat karena hal ini sesuai dengan tabiatnya.

Dalam pertarungan antar kedua kecenderungan itu, tabiat berpihak kepada
kecenderungan dunia, karena zhair dan batin manusia saling membantu
pada perkara-perkara dunia sehingga hati menjadi terarahkan untuk
mencarinya. Sedangkan kembali kepada ibadah merupakan hal yang berat
dan hati tidak dapat berkonsentrasi penuh kepadanya kecuali pada waktuwaktu
tertentu. Karena itu, barangsiapa yang ingin masuk sorga tanpa hisab
maka hendaklah ia mengoptimalkan waktunya untuk keta’atan. Dan
barangsiapa ingin daun timbangan kebaikan dan kebajikannya lebih berat
maka hendaklah ia menggunakan sebagian besar waktunya untuk
keta’atan.


Jika ia mencampuraduk amal shalih dengan amal keburukan maka ia berada
dalam bahaya, tetapi harapan tak pernah terputus dan ampunan dari
kedermawanan Allah senantiasa dinantikan ; semoga Allah berkenan
mengampuninya dengan kedermawanan-Nya. Itulah yang dapat terungkap
oleh orang-orang yang memandang ( kehidupan dan permasalahan )
dengan cahaya bashirah. Jika Anda tidak termasuk diantara mereka maka
perhatikanlah khithab Allah kepada Rasul-Nya dan seraplah dengan cahaya
iman. Allah berfirman kepada hamba-hambaNya yang paling dekat dan
paling tinggi derajatnya di sisi-Nya :

”Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang
(banyak).Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan
penuh ketekunan.” ( Al Muzzammil : 7-8)
Ì
”Dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang. Dan pada
sebagian dari malam, Maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-
Nya pada bagian yang panjang dimalam hari.” ( Al Insan : 25 – 26)

”Maka bersabarlah kamu terhadap apa yang mereka katakan dan
bertasbihlah sambil memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan
sebelum terbenam(nya). Dan bertasbihlah kamu kepada-Nya di malam hari
dan Setiap selesai sembahyang.” (Qaaf : 39-40)

”Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, Maka
Sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami, dan bertasbihlah
dengan memuji Tuhanmu ketika kamu bangun berdiri. Dan bertasbihlah
kepada-Nya pada beberapa saat di malam hari dan di waktu terbenam
bintang-bintang (di waktu fajar)”. ( At thur : 48-49)

”Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk)
dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.” (Al Muzzammil : 6)


”Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah
dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum
terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan
pada waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa senang.” ( Thaha :
130 )

”Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang)
dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatanDzikir
perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang
buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (Hud : 114)

Kemudian perhatikanlah bagaimana dan dengan apa Allah menyebutkan
sifat-sifat para hamba-Nya yang sukses :

“(Apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang
yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia
takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?
Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orangorang
yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang
dapat menerima pelajaran.” (Az Zumar :9)

“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya[1193] dan mereka selalu
berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka
menafkahkan apa apa rezki yang Kami berikan.” (As Sajadah : 16)

”Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk
Tuhan mereka.” (Al Furqan : 64)

”Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam.Dan selalu
memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar.” (Adz Dzariyat : 17-18)

”Maka bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada di petang hari dan
waktu kamu berada di waktu subuh. (Ar Rum : 17)

”Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di
pagi dan petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaanNya.” (Al
An’am : 52)

Itu semua menjelaskan kepada Anda bahwa jalan kepada Allah ialah
dengan mengatur waktu dan menyermarakkanya dengan wirid-wirid secara
ajeg. Oleh sebab itu Rasulullah saw bersabda : ”Hamba yang paling dicintai
Allah ialah orang-orang menjaga matahari, bulan dan bayang-bayang untuk
mengingat Allah” (Diriwayatkan oleh Thabrani dan al Hakim, ia brkata :
shahih sanadnya).
Allah berfirman :

”Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.” (Ar Rahman : 5)

”Apakah kamu tidak memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu, bagaimana
Dia memanjangkan (dan memendekkan) bayang-bayang dan kalau Dia
menghendaki niscaya Dia menjadikan tetap bayang-bayang itu, kemudian
Kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas bayang-bayang itu, kemudian
Kami menarik bayang-bayang itu kepada kami dengan tarikan yang
perlahan-lahan.” (Al Furqan : 45-46)

”Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah
Dia sampai ke manzilah yang terakhir) Kembalilah Dia sebagai bentuk
tandan yang tua” (Yasin : 39)

”Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu
menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut.
Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami)
kepada orang-orang yang mengetahui.” (Al An’am : 97)

Janganlah anda mengira bahwa tujuan dari peredaran matahari dan bulan
dengan perhitungan yang cermat dan teratur, serta penciptaan bayangbayang,
cahaya dan bintang-bintang itu, hanya untuk membantu urusan
dunia saja, tetapi juga untuk mengetahui ukuran-ukuran waktu penunaian
berbagai ketaatan dan perniagaan akhirat, sebagaimana ditegaskan dalam
firman Allah :

”Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang
yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur.”
(Al Furqan : 62)

Yakni keduanya saling silih berganti untuk menyusuli ketinggalan yang ada
pada yang lain, dan dijelaskan bahwa hal ini adalah dzikir dan syukur. Allah
berfirman :

”Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan
tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari
kurnia dari Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun
dan perhitungan. dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas.”
(Al Isra’ : 12)

Karunia yang diharapkan itu adalah pahala dan ampunan. Semoga Allah
memberikan taufiq kepada apa yang diridhai-Nya.
Sa’id Hawwa berkata : orang yang menhendaki akhirat harus membuat
program rutin untuk dirinya berupa bacaan istighfar, tahlil, shalawat atas
Rasulullah saw dan dzikir-dzikir ma’tsur lainnya, sebagaimana ia harus
membiasakan lisannya untuk dzikir terus menerus seperti tasbih,istighfar,
tahlil, takbir, atau hauqalah (laa haula walaa quwwata illaa billah), untuk
menambah program rutin tersebut dengan berbagai shalat, ibadah dan
amalan-amalan yang telah kami paparkan. Kesucian dan ketinggian jiwanya
akan sangat ditentukan oleh sejauh mana ia telah melaksanakan saranasarana
tazkiyah, baik ia merasakannya ataupun tidak.

Dikutip dari : Buku ”Mensucikan Jiwa Intisari Ihya’ Ulumuddin Al Ghazali”
oleh Said Hawwa
---------------------

Sepucuk Surat Buat Saudara ku

Saudaraku,

Janganlah engkau putus asa, kerana putus asa bukanlah akhlak seorang muslim.
Ketahuilah bahwa ke-nyataan hari ini adalah mimpi hari kemarin, dan impian hari inj
adalah kenyataan di hari esok. Waktu masih panjang dan hasrat akan terwujudnya
kedamaian masih tertanam dalam jiwa masyarakat kita, meski fenomena-fenomena
kerusakan dan kemaksiatan menghantui mereka. Yang lemah tidak akan lemah
sepanjang hidup-nya dan yang kuat tidak akan selamanya kuat.
Allah swt. berfirman,

"Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi
(Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orangorang
yang mewarisi (bumi), dan akan Kami ivguhkan kedudukan mereka di muka
bumi dan akan Kami perlihatkan kepada Fir'aun dan Haman serta tentaranya apa yang
selalu mereka khawatirkan dan mereka itu," (Al-Qashash: 5-6)

Putaran waktu akan memperhhatkan kepada kita peristiwa-peristiwa yang
mengejutkan dan memberikan peluang kepada kita untuk berbuat. Dunia akan melihat
bahwa dakwah kita adalah hidayah, kemenangan, dan kedamaian, yang dapat
menyembuhkan umat dari rasa sakit yang tengah dideritanya. Setelah itu tibalah
giliran kita untuk memimpin dunia, kerana bumi tetap akan berputar dan kejayaan
itu akan kembab kepada kita. Hanya Allah-lah harapan kita satu-satunya.
Bersiap dan berbuatlah, jangan menunggu datangnya esok hari, kerana bisa jadi
engkau tidak bisa berbuat apa-apa di esok hari.
Kita memang harus menunggu putaran waktu itu, tetapi kita tidak boleh berhenti.
Kita harus terus berbuat dan terus melangkah, kerana kita memang tidak mengenal
kata "berhenti" dalam berjihad.
Allah swt. berfirman,

"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, sungguh
akan.Kami tunjukkan jalan-jalan Kami." (Al-Ankabut: 69)

Hanya Allah-lah dzat yang Mahaagung, bagi-Nya segala puji.

Sabtu, 16 Juli 2011

CINTA HAQIQI

Pernahkah hatimu merasakan kekuatan mencintai
Kamu tersenyum meski hatimu terluka karena yakin ia milikmu,
Kamu menangis kala bahagia bersama karena yakin ia cintamu
Cinta melukis bahagia, sedih, sakit hati, cemburu, berduka
Dan hatimu tetap diwarnai mencintai, itulah dalamnya cinta

Pernahkah cinta memerahkan hati membutakan mata
Kepekatannya menutup mata hatimu memabukkanmu sesaat di nirwana
Dan kau tak bisa beralih dipeluk merdunya nyanyian bahagia semu
Padahal sesungguhnya hanya kehampaan yang mengisi sisi gelap hatimu
Itulah cinta karena manusia yang dibutakan nafsunya

Cinta adalah pesan agung Allah pada umat manusia
DitulisNya ketika mencipta makhluk-makhlukNYA di atas Arsy
Cinta dengan ketulusan hati mengalahkan amarah
Menuju kepatuhan pengabdian kepada Allah dan Rasulnya
Dan saat pena cinta Allah mewarnai melukis hatimu,
satu jam bersama serasa satu menit saja

Ketika engkau memiliki cinta yang diajarkan Allah
Kekasih menjadi lentera hati menerangi jalan menuju Illahi
Membawa ketundukan tulus pengabdian kepada Allah dan RasulNya
Namun saat cinta di hatimu dikendalikan dorongan nafsu manusia
Alirannya memekatkan darahmu membutakan mata hati dari kebenaran

Saat kamu merasakan agungnya cinta yang diajarkan Allah
Kekasih menjadi pembuktian pengabdian cinta tulusmu
Memelukmu dalam ibadah menuju samudra kekal kehidupan tanpa batas
Menjadi media amaliyah dan ketundukan tulus pengabdian kepada Allah
Itulah cinta yang melukis hati mewarnai kebahagiaan hakiki

Agungnya kepatuhan cinta Allah bisa ditemukan dikehidupan alam semesta
Seperti thawafnya gugusan bintang, bulan, bumi dan matahari pada sumbunya
Tak sedetikpun bergeser dari porosnya, keharmonisan berujung pada keabadian
Keharmonisan pada keabadian melalui kekasih yang mencintai
Karena Allah adalah kekasih Zat yang abadi

Cintailah kekasihmu setulusnya maka Allah akan mencintaimu
Karena Allah mengajarkan cinta tulus dan agung
Cinta yang mengalahkan Amarah menebarkan keharmonisan
Seperti ikhlas dan tulusnya cinta Rasul mengabdi pada Illahi
Itulah cinta tertinggi menuju kebahagiaan hakiki

Doa Dari Jiwa Yang Hening

Yaa Rabb, Masihkah ada dongeng sebelum tidur panjangku...yang hendak KAU ceritakan lagi ? tentang kegetiran, kepahitan, derita dan duka tuk mengisi sisa nafasku ini....SKENARIO mu begitu indah dan SEMPURNA hingga tak sempat lagi ku eja PROLOG dan DIALOG ku padamu..."

Senin, 13 Juni 2011

UGA Siliwangi

Prabu Siliwangi berpesan pada warga Pajajaran yang ikut mundur pada waktu beliau sebelum menghilang :
“Perjalanan kita hanya sampai disini hari ini, walaupun kalian semua setia padaku! Tapi aku tidak boleh membawa kalian dalam masalah ini, membuat kalian susah, ikut merasakan miskin dan lapar. Kalian boleh memilih untuk hidup kedepan nanti, agar besok lusa, kalian hidup senang kaya raya dan bisa mendirikan lagi Pajajaran! Bukan Pajajaran saat ini tapi Pajajaran yang baru yang berdiri oleh perjalanan waktu! Pilih! aku tidak akan melarang, sebab untukku, tidak pantas jadi raja yang rakyatnya lapar dan miskin.”

Dengarkan! Yang ingin tetap ikut denganku, cepat memisahkan diri ke selatan! Yang ingin kembali lagi ke kota yang ditinggalkan, cepat memisahkan diri ke utara! Yang ingin berbakti kepada raja yang sedang berkuasa, cepat memisahkan diri ke timur! Yang tidak ingin ikut siapa-siapa, cepat memisahkan diri ke barat!

Dengarkan! Kalian yang di timur harus tahu: Kekuasaan akan turut dengan kalian! dan keturunan kalian nanti yang akan memerintah saudara kalian dan orang lain. Tapi kalian harus ingat, nanti mereka akan memerintah dengan semena-mena. Akan ada pembalasan untuk semua itu. Silahkan pergi!

Kalian yang di sebelah barat! Carilah oleh kalian Ki Santang! Sebab nanti, keturunan kalian yang akan mengingatkan saudara kalian dan orang lain. Ke saudara sedaerah, ke saudara yang datang sependirian dan semua yang baik hatinya. Suatu saat nanti, apabila tengah malam, dari gunung Halimun terdengar suara minta tolong, nah itu adalah tandanya. Semua keturunan kalian dipanggil oleh yang mau menikah di Lebak Cawéné. Jangan sampai berlebihan, sebab nanti telaga akan banjir! Silahkan pergi! Ingat! Jangan menoleh kebelakang!

Kalian yang di sebelah utara! Dengarkan! Kota takkan pernah kalian datangi, yang kalian temui hanya padang yang perlu diolah. Keturunan kalian, kebanyakan akan menjadi rakyat biasa. Adapun yang menjadi penguasa tetap tidak mempunyai kekuasaan. Suatu hari nanti akan kedatangan tamu, banyak tamu dari jauh, tapi tamu yang menyusahkan. Waspadalah!

Semua keturunan kalian akan aku kunjungi, tapi hanya pada waktu tertentu dan saat diperlukan. Aku akan datang lagi, menolong yang perlu, membantu yang susah, tapi hanya mereka yang bagus perangainya. Apabila aku datang takkan terlihat; apabila aku berbicara takkan terdengar. Memang aku akan datang tapi hanya untuk mereka yang baik hatinya, mereka yang mengerti dan satu tujuan, yang mengerti tentang harum sejati juga mempunyai jalan pikiran yang lurus dan bagus tingkah lakunya. Ketika aku datang, tidak berupa dan bersuara tapi memberi ciri dengan wewangian. Semenjak hari ini, Pajajaran hilang dari alam nyata. Hilang kotanya, hilang negaranya. Pajajaran tidak akan meninggalkan jejak, selain nama untuk mereka yang berusaha menelusuri. Sebab bukti yang ada akan banyak yang menolak! Tapi suatu saat akan ada yang mencoba, supaya yang hilang bisa diteemukan kembali. Bisa saja, hanya menelusurinya harus memakai dasar. Tapi yang menelusurinya banyak yang sok pintar dan sombong. dan bahkan berlebihan kalau bicara.

Suatu saat nanti akan banyak hal yang ditemui, sebagian-sebagian. Sebab terlanjur dilarang oleh Pemimpin Pengganti! Ada yang berani menelusuri terus menerus, tidak mengindahkan larangan, mencari sambil melawan, melawan sambil tertawa. Dialah Anak Gembala. Rumahnya di belakang sungai, pintunya setinggi batu, tertutupi pohon handeuleum dan hanjuang. Apa yang dia gembalakan? Bukan kerbau bukan domba, bukan pula harimau ataupun banteng. Tetapi ranting daun kering dan sisa potongan pohon. Dia terus mencari, mengumpulkan semua yang dia temui. Tapi akan menemui banyak sejarah/kejadian, selesai jaman yang satu datang lagi satu jaman yang jadi sejarah/kejadian baru, setiap jaman membuat sejarah. setiap waktu akan berulang itu dan itu lagi.

Dengarkan! yang saat ini memusuhi kita, akan berkuasa hanya untuk sementara waktu. Tanahnya kering padahal di pinggir sungai Cibantaeun dijadikan kandang kerbau kosong. Nah di situlah, sebuah nagara akan pecah, pecah oleh kerbau bule, yang digembalakan oleh orang yang tinggi dan memerintah di pusat kota. semenjak itu, raja-raja dibelenggu. Kerbau bule memegang kendali, dan keturunan kita hanya jadi orang suruhan. Tapi kendali itu tak terasa sebab semuanya serba dipenuhi dan murah serta banyak pilihan.

Semenjak itu, pekerjaan dikuasai monyet. Suatu saat nanti keturunan kita akan ada yang sadar, tapi sadar seperti terbangun dari mimpi. Dari yang hilang dulu semakin banyak yang terbongkar. Tapi banyak yang tertukar sejarahnya, banyak yang dicuri bahkan dijual! Keturunan kita banyak yang tidak tahu, bahwa jaman sudah berganti! Pada saat itu geger di seluruh negara. Pintu dihancurkan oleh mereka para pemimpin, tapi pemimpin yang salah arah!

Yang memerintah bersembunyi, pusat kota kosong, kerbau bule kabur. Negara pecahan diserbu monyet! Keturunan kita enak tertawa, tapi tertawa yang terpotong, sebab ternyata, pasar habis oleh penyakit, sawah habis oleh penyakit, tempat padi habis oleh penyakit, kebun habis oleh penyakit, perempuan hamil oleh penyakit. Semuanya diserbu oleh penyakit. Keturunan kita takut oleh segala yang berbau penyakit. Semua alat digunakan untuk menyembuhkan penyakit sebab sudah semakin parah. Yang mengerjakannya masih bangsa sendiri. Banyak yang mati kelaparan. Semenjak itu keturunan kita banyak yang berharap bisa bercocok tanam sambil sok tahu membuka lahan. mereka tidak sadar bahwa jaman sudah berganti cerita lagi.

Lalu sayup-sayup dari ujung laut utara terdengar gemuruh, burung menetaskan telur. Riuh seluruh bumi! Sementara di sini? Ramai oleh perang, saling menindas antar sesama. Penyakit bermunculan di sana-sini. Lalu keturunan kita mengamuk. Mengamuk tanpa aturan. Banyak yang mati tanpa dosa, jelas-jelas musuh dijadikan teman, yang jelas-jelas teman dijadikan musuh. Mendadak banyak pemimpin dengan caranya sendiri. Yang bingung semakin bingung. Banyak anak kecil sudah menjadi bapa. Yang mengamuk tambah berkuasa, mengamuk tanpa pandang bulu. Yang Putih dihancurkan, yang Hitam diusir. Kepulauan ini semakin kacau, sebab banyak yang mengamuk, tidak beda dengan tawon, hanya karena dirusak sarangnya. seluruh nusa dihancurkan dan dikejar. Tetapi…ada yang menghentikan, yang menghentikan adalah orang sebrang.

Lalu berdiri lagi penguasa yang berasal dari orang biasa. Tapi memang keturunan penguasa dahulu kala dan ibunya adalah seorang putri Pulau Dewata. Karena jelas keturunan penguasa, penguasa baru susah dianiaya! Semenjak itu berganti lagi jaman. Ganti jaman ganti cerita! Kapan? Tidak lama, setelah bulan muncul di siang hari, disusul oleh lewatnya komet yang terang benderang. Di bekas negara kita, berdiri lagi sebuah negara. Negara di dalam negara dan pemimpinnya bukan keturunan Pajajaran.

Lalu akan ada penguasa, tapi penguasa yang mendirikan benteng yang tidak boleh dibuka, yang mendirikan pintu yang tidak boleh ditutup, membuat pancuran ditengah jalan, memelihara elang dipohon beringin. Memang penguasa buta! Bukan buta pemaksa, tetapi buta tidak melihat, segala penyakit dan penderitaan, penjahat juga pencuri menggerogoti rakyat yang sudah susah. Sekalinya ada yang berani mengingatkan, yang diburu bukanlah penderitaan itu semua tetapi orang yang mengingatkannya. Semakin maju semakin banyak penguasa yang buta tuli. memerintah sambil menyembah berhala. Lalu anak-anak muda salah pergaulan, aturan hanya menjadi bahan omongan, karena yang membuatnya bukan orang yang mengerti aturan itu sendiri. Wajar saja bila kolam semuanya mengering, pertanian semuanya puso, bulir padi banyak yang diselewengkan, sebab yang berjanjinya banyak tukang bohong, semua diberangus janji-janji belaka, terlalu banyak orang pintar, tapi pintar kebelinger.

Pada saat itu datang pemuda berjanggut, datangnya memakai baju serba hitam sambil menyanding sarung tua. Membangunkan semua yang salah arah, mengingatkan pada yang lupa, tapi tidak dianggap. Karena pintar kebelinger, maunya menang sendiri. Mereka tidak sadar, langit sudah memerah, asap mengepul dari perapian. Alih-alih dianggap, pemuda berjanggut ditangkap dimasukan kepenjara. Lalu mereka mengacak-ngacak tanah orang lain, beralasan mencari musuh tapi sebenarnya mereka sengaja membuat permusuhan.

Waspadalah! sebab mereka nanti akan melarang untuk menceritakan Pajajaran. Sebab takut ketahuan, bahwa mereka yang jadi gara-gara selama ini. Penguasa yang buta, semakin hari semakin berkuasa melebihi kerbau bule, mereka tidak sadar jaman manusia sudah dikuasai oleh kelakuan hewan.
Kekuasaan penguasa buta tidak berlangsung lama, tapi karena sudah kelewatan menyengsarakan rakyat yang sudah berharap agar ada mukjizat datang untuk mereka. Penguasa itu akan menjadi tumbal, tumbal untuk perbuatannya sendiri, kapan waktunya? Nanti, saat munculnya anak gembala! di situ akan banyak huru-hara, yang bermula di satu daerah semakin lama semakin besar meluas di seluruh negara. yang tidak tahu menjadi gila dan ikut-ikutan menyerobot dan bertengkar. Dipimpin oleh pemuda gendut! Sebabnya bertengkar? Memperebutkan tanah. Yang sudah punya ingin lebih, yang berhak meminta bagiannya. Hanya yang sadar pada diam, mereka hanya menonton tapi tetap terbawa-bawa.

Yang bertengkar lalu terdiam dan sadar ternyata mereka memperebutkan pepesan kosong, sebab tanah sudah habis oleh mereka yang punya uang. Para penguasa lalu menyusup, yang bertengkar ketakutan, ketakutan kehilangan negara, lalu mereka mencari anak gembala, yang rumahnya di ujung sungai yang pintunya setinggi batu, yang rimbun oleh pohon handeuleum dan hanjuang. Semua mencari tumbal, tapi pemuda gembala sudah tidak ada, sudah pergi bersama pemuda berjanggut, pergi membuka lahan baru di Lebak Cawéné!

Yang ditemui hanya gagak yang berkoar di dahan mati. Dengarkan! jaman akan berganti lagi, tapi nanti, Setelah Gunung Gede meletus, disusul oleh tujuh gunung. Ribut lagi seluruh bumi. Orang sunda dipanggil-panggil, orang sunda memaafkan. Baik lagi semuanya. Negara bersatu kembali. Nusa jaya lagi, sebab berdiri ratu adil, ratu adil yang sejati.

Tapi ratu siapa? darimana asalnya sang ratu? Nanti juga kalian akan tahu. Sekarang, cari oleh kalian pemuda gembala.

Bait Terakhir Ramalan JAYA BAYA

polahe wong Jawa kaya gabah diinteri
endi sing bener endi sing sejati
para tapa padha ora wani
padha wedi ngajarake piwulang adi
salah-salah anemani pati

tingkah laku orang Jawa seperti gabah ditampi
mana yang benar mana yang asli
para pertapa semua tak berani
takut menyampaikan ajaran benar
salah-salah dapat menemui ajal

141.
banjir bandang ana ngendi-endi
gunung njeblug tan anjarwani, tan angimpeni
gehtinge kepathi-pati marang pandhita kang oleh pati geni
marga wedi kapiyak wadine sapa sira sing sayekti

banjir bandang dimana-mana
gunung meletus tidak dinyana-nyana, tidak ada isyarat dahulu
sangat benci terhadap pendeta yang bertapa, tanpa makan dan tidur
karena takut bakal terbongkar rahasianya siapa anda sebenarnya

142.
pancen wolak-waliking jaman
amenangi jaman edan
ora edan ora kumanan
sing waras padha nggagas
wong tani padha ditaleni
wong dora padha ura-ura
beja-bejane sing lali,
isih beja kang eling lan waspadha

sungguh zaman gonjang-ganjing
menyaksikan zaman gila
tidak ikut gila tidak dapat bagian
yang sehat pada olah pikir
para petani dibelenggu
para pembohong bersuka ria
beruntunglah bagi yang lupa,
masih beruntung yang ingat dan waspada

143.
ratu ora netepi janji
musna kuwasa lan prabawane
akeh omah ndhuwur kuda
wong padha mangan wong
kayu gligan lan wesi hiya padha doyan
dirasa enak kaya roti bolu
yen wengi padha ora bisa turu

raja tidak menepati janji
kehilangan kekuasaan dan kewibawaannya
banyak rumah di atas kuda
orang makan sesamanya
kayu gelondongan dan besi juga dimakan
katanya enak serasa kue bolu
malam hari semua tak bisa tidur

144.
sing edan padha bisa dandan
sing ambangkang padha bisa
nggalang omah gedong magrong-magrong

yang gila dapat berdandan
yang membangkang semua dapat
membangun rumah, gedung-gedung megah

145.
wong dagang barang sangsaya laris, bandhane ludes
akeh wong mati kaliren gisining panganan
akeh wong nyekel bendha ning uriping sengsara

orang berdagang barang makin laris tapi hartanya makin habis
banyak orang mati kelaparan di samping makanan
banyak orang berharta namun hidupnya sengsara

146.
wong waras lan adil uripe ngenes lan kepencil
sing ora abisa maling digethingi
sing pinter duraka dadi kanca
wong bener sangsaya thenger-thenger
wong salah sangsaya bungah
akeh bandha musna tan karuan larine
akeh pangkat lan drajat padha minggat tan karuan sebabe

orang waras dan adil hidupnya memprihatinkan dan terkucil
yang tidak dapat mencuri dibenci
yang pintar curang jadi teman
orang jujur semakin tak berkutik
orang salah makin pongah
banyak harta musnah tak jelas larinya
banyak pangkat dan kedudukan lepas tanpa sebab

147.
bumi sangsaya suwe sangsaya mengkeret
sakilan bumi dipajeki
wong wadon nganggo panganggo lanang
iku pertandhane yen bakal nemoni
wolak-walike zaman

bumi semakin lama semakin sempit
sejengkal tanah kena pajak
wanita memakai pakaian laki-laki
itu pertanda bakal terjadinya
zaman gonjang-ganjing

148.
akeh wong janji ora ditepati
akeh wong nglanggar sumpahe dhewe
manungsa padha seneng ngalap,
tan anindakake hukuming Allah
barang jahat diangkat-angkat
barang suci dibenci

banyak orang berjanji diingkari
banyak orang melanggar sumpahnya sendiri
manusia senang menipu
tidak melaksanakan hukum Allah
barang jahat dipuja-puja
barang suci dibenci

149.
akeh wong ngutamakake royal
lali kamanungsane, lali kebecikane
lali sanak lali kadang
akeh bapa lali anak
akeh anak mundhung biyung
sedulur padha cidra
keluarga padha curiga
kanca dadi mungsuh
manungsa lali asale

banyak orang hamburkan uang
lupa kemanusiaan, lupa kebaikan
lupa sanak saudara
banyak ayah lupa anaknya
banyak anak mengusir ibunya
antar saudara saling berbohong
antar keluarga saling mencurigai
kawan menjadi musuh
manusia lupa akan asal-usulnya

150.
ukuman ratu ora adil
akeh pangkat jahat jahil
kelakuan padha ganjil
sing apik padha kepencil
akarya apik manungsa isin
luwih utama ngapusi

hukuman raja tidak adil
banyak yang berpangkat, jahat dan jahil
tingkah lakunya semua ganjil
yang baik terkucil
berbuat baik manusia malah malu
lebih mengutamakan menipu

151.
wanita nglamar pria
isih bayi padha mbayi
sing pria padha ngasorake drajate dhewe

wanita melamar pria
masih muda sudah beranak
kaum pria merendahkan derajatnya sendiri

Bait 152 sampai dengan 156 tidak ada (hilang dan rusak)

157.
wong golek pangan pindha gabah den interi
sing kebat kliwat, sing kasep kepleset
sing gedhe rame, gawe sing cilik keceklik
sing anggak ketenggak, sing wedi padha mati
nanging sing ngawur padha makmur
sing ngati-ati padha sambat kepati-pati

tingkah laku orang mencari makan seperti gabah ditampi
yang cepat mendapatkan, yang lambat terpeleset
yang besar beramai-ramai membuat yang kecil terjepit
yang angkuh menengadah, yang takut malah mati
namun yang ngawur malah makmur
yang berhati-hati mengeluh setengah mati

158.
cina alang-alang keplantrang dibandhem nggendring
melu Jawa sing padha eling
sing tan eling miling-miling
mlayu-mlayu kaya maling kena tuding
eling mulih padha manjing
akeh wong injir, akeh centhil
sing eman ora keduman
sing keduman ora eman

cina berlindung karena dilempari lari terbirit-birit
ikut orang Jawa yang sadar
yang tidak sadar was-was
berlari-lari bak pencuri yang kena tuduh
yang tetap tinggal dibenci
banyak orang malas, banyak yang genit
yang sayang tidak kebagian
yang dapat bagian tidak sayang

159.
selet-selete yen mbesuk ngancik tutuping tahun
sinungkalan dewa wolu, ngasta manggalaning ratu
bakal ana dewa ngejawantah
apengawak manungsa
apasurya padha bethara Kresna
awatak Baladewa
agegaman trisula wedha
jinejer wolak-waliking zaman
wong nyilih mbalekake,
wong utang mbayar
utang nyawa bayar nyawa
utang wirang nyaur wirang

selambat-lambatnya kelak menjelang tutup tahun
(sinungkalan dewa wolu, ngasta manggalaning ratu)
akan ada dewa tampil
berbadan manusia
berparas seperti Batara Kresna
berwatak seperti Baladewa
bersenjata trisula wedha
tanda datangnya perubahan zaman
orang pinjam mengembalikan,
orang berhutang membayar
hutang nyawa bayar nyawa
hutang malu dibayar malu

160.
sadurunge ana tetenger lintang kemukus lawa
ngalu-ngalu tumanja ana kidul wetan bener
lawase pitung bengi,
parak esuk bener ilange
bethara surya njumedhul
bebarengan sing wis mungkur prihatine manungsa kelantur-lantur
iku tandane putra Bethara Indra wus katon
tumeka ing arcapada ambebantu wong Jawa

sebelumnya ada pertanda bintang pari
panjang sekali tepat di arah Selatan menuju Timur
lamanya tujuh malam
hilangnya menjelang pagi sekali
bersama munculnya Batara Surya
bebarengan dengan hilangnya kesengsaraan manusia yang berlarut-larut
itulah tanda putra Batara Indra sudah nampak
datang di bumi untuk membantu orang Jawa

161.
dunungane ana sikil redi Lawu sisih wetan
wetane bengawan banyu
andhedukuh pindha Raden Gatotkaca
arupa pagupon dara tundha tiga
kaya manungsa angleledha

asalnya dari kaki Gunung Lawu sebelah Timur
sebelah timurnya bengawan
berumah seperti Raden Gatotkaca
berupa rumah merpati susun tiga
seperti manusia yang menggoda

162.
akeh wong dicakot lemut mati
akeh wong dicakot semut sirna
akeh swara aneh tanpa rupa
bala prewangan makhluk halus padha baris, pada rebut benere garis
tan kasat mata, tan arupa
sing madhegani putrane Bethara Indra
agegaman trisula wedha
momongane padha dadi nayaka perang
perange tanpa bala
sakti mandraguna tanpa aji-aji

banyak orang digigit nyamuk,
mati banyak orang digigit semut, mati
banyak suara aneh tanpa rupa
pasukan makhluk halus sama-sama berbaris, berebut garis yang benar
tak kelihatan, tak berbentuk
yang memimpin adalah putra Batara Indra,
bersenjatakan trisula wedha
para asuhannya menjadi perwira perang
jika berperang tanpa pasukan
sakti mandraguna tanpa azimat

163.
apeparap pangeraning prang
tan pokro anggoning nyandhang
ning iya bisa nyembadani ruwet rentenging wong sakpirang-pirang
sing padha nyembah reca ndhaplang,
cina eling seh seh kalih pinaringan sabda hiya gidrang-gidrang

bergelar pangeran perang
kelihatan berpakaian kurang pantas
namun dapat mengatasi keruwetan orang banyak
yang menyembah arca terlentang
cina ingat suhu-suhunya dan memperoleh perintah, lalu melompat ketakutan

164.
putra kinasih swargi kang jumeneng ing gunung Lawu
hiya yayi bethara mukti, hiya krisna, hiya herumukti
mumpuni sakabehing laku
nugel tanah Jawa kaping pindho
ngerahake jin setan
kumara prewangan, para lelembut ke bawah perintah saeko proyo
kinen ambantu manungso Jawa padha asesanti trisula weda
landhepe triniji suci
bener, jejeg, jujur
kadherekake Sabdopalon lan Noyogenggong

putra kesayangan almarhum yang bermukim di Gunung Lawu
yaitu Kyai Batara Mukti, ya Krisna, ya Herumukti
menguasai seluruh ajaran (ngelmu)
memotong tanah Jawa kedua kali
mengerahkan jin dan setan
seluruh makhluk halus berada dibawah perintahnya bersatu padu
membantu manusia Jawa berpedoman pada trisula weda
tajamnya tritunggal nan suci
benar, lurus, jujur
didampingi Sabdopalon dan Noyogenggong

165.
pendhak Sura nguntapa kumara
kang wus katon nembus dosane
kadhepake ngarsaning sang kuasa
isih timur kaceluk wong tuwa
paringane Gatotkaca sayuta

tiap bulan Sura sambutlah kumara
yang sudah tampak menebus dosa
dihadapan sang Maha Kuasa
masih muda sudah dipanggil orang tua
warisannya Gatotkaca sejuta

166.
idune idu geni
sabdane malati
sing mbregendhul mesti mati
ora tuwo, enom padha dene bayi
wong ora ndayani nyuwun apa bae mesthi sembada
garis sabda ora gentalan dina,
beja-bejane sing yakin lan tuhu setya sabdanira
tan karsa sinuyudan wong sak tanah Jawa
nanging inung pilih-pilih sapa

ludahnya ludah api
sabdanya sakti (terbukti)
yang membantah pasti mati
orang tua, muda maupun bayi
orang yang tidak berdaya minta apa saja pasti terpenuhi
garis sabdanya tidak akan lama
beruntunglah bagi yang yakin dan percaya serta menaati sabdanya
tidak mau dihormati orang se tanah Jawa
tetapi hanya memilih beberapa saja

167.
waskita pindha dewa
bisa nyumurupi lahire mbahira, buyutira, canggahira
pindha lahir bareng sadina
ora bisa diapusi marga bisa maca ati
wasis, wegig, waskita,
ngerti sakdurunge winarah
bisa pirsa mbah-mbahira
angawuningani jantraning zaman Jawa
ngerti garise siji-sijining umat
Tan kewran sasuruping zaman

pandai meramal seperti dewa
dapat mengetahui lahirnya kakek, buyut dan canggah anda
seolah-olah lahir di waktu yang sama
tidak bisa ditipu karena dapat membaca isi hati
bijak, cermat dan sakti
mengerti sebelum sesuatu terjadi
mengetahui leluhur anda
memahami putaran roda zaman Jawa
mengerti garis hidup setiap umat
tidak khawatir tertelan zaman

168.
mula den upadinen sinatriya iku
wus tan abapa, tan bibi, lola
awus aputus weda Jawa
mung angandelake trisula
landheping trisula pucuk
gegawe pati utawa utang nyawa
sing tengah sirik gawe kapitunaning liyan
sing pinggir-pinggir tolak colong njupuk winanda

oleh sebab itu carilah satria itu
yatim piatu, tak bersanak saudara
sudah lulus weda Jawa
hanya berpedoman trisula
ujung trisulanya sangat tajam
membawa maut atau utang nyawa
yang tengah pantang berbuat merugikan orang lain
yang di kiri dan kanan menolak pencurian dan kejahatan

169.
sirik den wenehi
ati malati bisa kesiku
senenge anggodha anjejaluk cara nistha
ngertiyo yen iku coba
aja kaino
ana beja-bejane sing den pundhuti
ateges jantrane kaemong sira sebrayat

pantang bila diberi
hati mati dapat terkena kutukan
senang menggoda dan minta secara nista
ketahuilah bahwa itu hanya ujian
jangan dihina
ada keuntungan bagi yang dimintai
artinya dilindungi anda sekeluarga

170.
ing ngarsa Begawan
dudu pandhita sinebut pandhita
dudu dewa sinebut dewa
kaya dene manungsa
dudu seje daya kajawaake kanti jlentreh
gawang-gawang terang ndrandhang

di hadapan Begawan
bukan pendeta disebut pendeta
bukan dewa disebut dewa
namun manusia biasa
bukan kekuatan lain diterangkan jelas
bayang-bayang menjadi terang benderang

171.
aja gumun, aja ngungun
hiya iku putrane Bethara Indra
kang pambayun tur isih kuwasa nundhung setan
tumurune tirta brajamusti pisah kaya ngundhuh
hiya siji iki kang bisa paring pituduh
marang jarwane jangka kalaningsun
tan kena den apusi
marga bisa manjing jroning ati
ana manungso kaiden ketemu
uga ana jalma sing durung mangsane
aja sirik aja gela
iku dudu wektunira
nganggo simbol ratu tanpa makutha
mula sing menangi enggala den leluri
aja kongsi zaman kendhata madhepa den marikelu
beja-bejane anak putu

jangan heran, jangan bingung
itulah putranya Batara Indra
yang sulung dan masih kuasa mengusir setan
turunnya air brajamusti pecah memercik
hanya satu ini yang dapat memberi petunjuk
tentang arti dan makna ramalan saya
tidak bisa ditipu
karena dapat masuk ke dalam hati
ada manusia yang bisa bertemu
tapi ada manusia yang belum saatnya
jangan iri dan kecewa
itu bukan waktu anda
memakai lambang ratu tanpa mahkota
sebab itu yang menjumpai segeralah menghormati,
jangan sampai terputus, menghadaplah dengan patuh
keberuntungan ada di anak cucu

172.
iki dalan kanggo sing eling lan waspada
ing zaman kalabendu Jawa
aja nglarang dalem ngleluri wong apengawak dewa
cures ludhes saka braja jelma kumara
aja-aja kleru pandhita samusana
larinen pandhita asenjata trisula wedha
iku hiya pinaringaning dewa

inilah jalan bagi yang ingat dan waspada
pada zaman kalabendu Jawa
jangan melarang dalam menghormati orang berupa dewa
yang menghalangi akan sirna seluruh keluarga
jangan keliru mencari dewa
carilah dewa bersenjata trisula wedha
itulah pemberian dewa

173.
nglurug tanpa bala
yen menang tan ngasorake liyan
para kawula padha suka-suka
marga adiling pangeran wus teka
ratune nyembah kawula
angagem trisula wedha
para pandhita hiya padha muja
hiya iku momongane kaki Sabdopalon
sing wis adu wirang nanging kondhang
genaha kacetha kanthi njingglang
nora ana wong ngresula kurang
hiya iku tandane kalabendu wis minger
centi wektu jejering kalamukti
andayani indering jagad raya
padha asung bhekti

menyerang tanpa pasukan
bila menang tak menghina yang lain
rakyat bersuka ria
karena keadilan Yang Kuasa telah tiba
raja menyembah rakyat
bersenjatakan trisula wedha
para pendeta juga pada memuja
itulah asuhannya Sabdopalon
yang sudah menanggung malu tetapi termasyhur
segalanya tampak terang benderang
tak ada yang mengeluh kekurangan
itulah tanda zaman kalabendu telah usai
berganti zaman penuh kemuliaan
memperkokoh tatanan jagad raya
semuanya menaruh rasa hormat yang tinggi

Jika Ajal Menjemput

Sejauh ku melangkah
Setinggi ku mencapai
Sekuat ku mengangkat
Sedalam ku menggali

Sedahsyat ku berangan
Semuluk ku bercita
Sekaya ku berharta
Selantang ku teriak
Semerdu ku senandung
Sehati ku berbagi
Semesra ku bercinta
Segala ku memohon
Semua berhenti jika waktu terhenti

Goresan Hati

Sayang, bisakah kau sedikit mengurangi ribuan tanda cinta itu?

Bisakah kau tak lagi berbaik hati menyeterika bajuku saat aku terburu hendak mendahului mentari.

Bisakah kau tak lagi selalu menautkan resleting baju di punggungku, atau menalikan dua tali menjadi pita di pinggangku.

Oh, sayang, bisakah kau tak lagi mencuci saat malasku menang. Tak lagi membelikan makan saat perutku bersuara seperti genderang.

Bisakah kau tak lagi menanyakan apa yang akan kukenakan pagi ini? Saat kuberitahu, bisakah kau tak membantu mencarikan-nya di tumpukan pakaian kusut kita yang setinggi lemari?

Oh, sayang, kali ini aku serius. Bisakah kau berhenti mengambilkan minum tiapku bangun pagi? Bisakah kau berhenti meng-urut-i kaki, tangan, punggung saat lelah menggunung.
Tolong berhentilah juga mengelusi punggung dan kepala agarku lekas lelap.

Sayang, tidakkah kau mengerti?

Tolong berhenti! Karena aku takut, saat kau berhenti nanti, aku segera saja akan mati

Aku Rindu ENGKAU

Robb.."
Ketiaka Akil Balig
sejak itulah aku mengembara
lalu kuingat Kalam-MU tentang orang luka
yang menggedor langit sepanjang malam... Lihat Selengkapnya
memohon iba
Kini aku benar seperti itu

Robb,"
di tengah pengembaraan kutahu debu-debu
telah merenggut kesunyian
lalu nyanyian dara riang
dan pekik rindu sang kekasih
termakan ombak peradaban

Karena itulah Robb,
tiada lagi gadis tersipu
sekarang ini banyak gadis bicara dengan teriak
bukan ucapan sopan ajaran sekolah
dan entah berapa banyak lelaki mabuk
bercinta dengan bulan di balik semak belukar kehidupan malam

Gara-gara itu malaikat kesal
karena manusia memaksa mengores tinta busuk
di rapor kusam sejak akil balig
karena sungguh cepat mereka kenal dunia
tak tahu paut benar, juga tanda berhenti

Robb, sungguh aku tak habis pikir
kenapa semua itu terjadi
bukankah ada karma, ketika hidup runtuh
bersama terjungkalnya tanah retak
bumi bergetar dan orang khilaf semakin menengadah
ingat kealpaan mendekatkan diri ke neraka
sehingga keturunan manusia
hanya tahu rasa arang dan debu-debuan

Karena itulah Robb,
aku sungguh rindu padamu
rindu akan hidup kemarin
ketika aku dan ENGKAU bermandi cahaya
ketika badak habiskan masa liar
dan harimau jawa mendengkur di balik belukar
dan tidakkah kau dengar ada punai bernyanyi
mengiring tarian pinus seberang gunung

Robb, aku masih rindu ENGKAU
Ketika kabut memerintah aku mengembara di kala fajar
Namun belum lama aku mengembara
Ibu mentari mengajak aku pulang
Bumi pun menangis
Air mata bumi ini menjadi embun
Menetes pelan ke pucuk dedaunan
Namun ibu mentari sungguh bijak
Segera beliau hapus tangis kita dengan cahyanya

Falsafah Jawa, Kejawen dan Islam

JAWA dan kejawen seolah tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Kejawen bisa jadi merupakan suatu sampul atau kulit luar dari beberapa ajaran yang berkembang di Tanah Jawa, semasa zaman Hinduisme dan Budhisme. Dalam perkembangannya, penyebaran islam di Jawa juga dibungkus oleh ajaran-ajaran terdahulu,... bahkan terkadang melibatkan aspek kejawen sebagai jalur penyeranta yang baik bagi penyebarannya. Walisongo memiliki andil besar dalam penyebaran islam di Tanah Jawa. Unsur-unsur dalam islam berusaha ditanamkan dalam budaya-budaya jawa semacam pertunjukan wayang kulit, dendangan lagu-lagu jawa , ular-ular ( putuah yang berupa filsafat), cerita-cerita kuno, hingga upacara-upacara tradisi yang dikembangkan,khususnya di Kerjaan Mataram (Yogya/Solo).
Dalam pertunjukan wayang kulit yang paling dikenal adalah cerita tentang Serat Kalimasada (lembaran yang berisi mantera/sesuatu yang sakral) yang cukup ampuh dalam melawan segala keangkaramurkaan dimuka bumi. Dalam cerita itu dikisahkan bahwa si pembawa serat ini akan menjadi sakti mandraguna. Tidak ada yang tahu apa isi serat ini. Namun diakhir cerita, rahasia dari serat inipun dibeberkan oleh dalang. Isi serat Kalimasada berbunyi "Aku bersaksi tiada Tuhan Selain Allah dan Aku bersaksi Muhammad adalah utusan-Nya" ,isi ini tak lain adalah isi dari Kalimat Syahadat.
Dalam pertunjukan wayangpun sang wali selalu mengadakan di halaman masjid, yang disekelilingnya di beri parit melingkar berair jernih. Guna parit ini tak lain adalah untuk melatih para penonton wayang untuk wisuh atau mencuci kaki mereka sebelum masuk masjid. Simbolisasi dari wudu yang disampaikan secara baik.
Dalam perkembangan selanjutnya, sang wali juga menyebarkan lagu-lagu yang bernuansa simbolisasi yang kuat. Yang terkenal karangan dari Sunan Kalijaga adalah lagu Ilir-Ilir. Memang tidak semua syair menyimbolkan suatu ajaran islam, mengingat diperlukannya suatu keindahan dalam mengarang suatu lagu. Sebagian arti yang kini banyak digali dari lagu ini di antaranya :
Tak ijo royo-royo tak senggoh penganten anyar : Ini adalah sebuah diskripsi mengenai para pemuda, yang dilanjutkan dengan,
Cah angon,cah angon, penekna blimbing kuwi, lunyu-lunyu penekna kanggo seba mengko sore : Cah angon adalah simbolisasi dari manusia sebagai Khalifah Fil Ardh, atau pemelihara alam bumi ini (angon bhumi). Penekno blimbing kuwi ,mengibaratkan buah belimbing yang memiliki lima segi membentuk bintang. Kelima segi itu adalah pengerjaan rukun islam (yang lima) dan Salat lima waktu. Sedang lunyu-lunyu penekno , berarti, tidak mudah untuk dapat mengerjakan keduanya (Rukun islam dan salat lima waktu) ,dan memang jalan menuju ke surga tidak mudah dan mulus. Kanggo sebo mengko sore, untuk bekal di hari esok (kehidupan setelah mati).
Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane : Selagi masih banyak waktu selagi muda, dan ketika tenaga masih kuat, maka lakukanlah (untuk beribadah).
Memang masih banyak translasi dari lagu ini, namun substansinya sama, yaitu membumikan agama,menyosialisasikan ibadah dengan tidak lupa tetap menyenangkan kepada pengikutnya yang baru.
Dalam lagu-lagu Jawa, ada gendhing bernama Mijil, Sinom, Maskumambang, kinanthi, asmaradhana,hingga megatruh dan pucung. Ternyata kesemuanya merupakan perjalanan hidup seorang manusia. Ambillah Mijil,yang berarti keluar, dapat diartikan sebagai lahirnya seorang jabang bayi dari rahim ibu. Sinom dapat di artikan sebagai seorang anak muda yang bersemangat untuk belajar. Maskumambang berarti seorang pria dewasa yang cukup umur untuk menikah, sedangkan untuk putrinya dengan gendhingKinanthi. Proses berikutnya adalah pernikahan atau katresnan antar keduanya disimbolkan dengan Asmaradhana. Hingga akhirnya Megatruh, atau dapat dipisah Megat-Ruh.Megat berarti bercerai atau terpisah sedangkan ruh adalah Roh atau jiwa seseorang. Ini proses sakaratul maut seorang manusia. Sebagai umat beragama islam tentu dalam prosesi penguburannya ,badan jenazah harus dikafani dengan kain putih, mungkin inilah yang disimbolkan dengan pucung (atau Pocong).
Kesemua jenis gendhing ditata apik dengan syai-syair yang beragam, sehingga mudah dan selalu pas untuk didendangkan pada masanya.
Ada banyaknya filsafat Jawa yang berusaha diterjemahkan oleh para wali, menunjukkan bahwa walisongo dalam mengajarkan agama selalu dilandasi oleh budaya yang kental. Hal ini sangat dimungkinkan, karena masyarakat Jawa yang menganut budaya tinggi, akan sukar untuk meninggalkan budaya lamanya ke ajaran baru walaupun ajaran tesebut sebenarnya mengajarkan sesuatu yang lebih baik,seperti ajaran agama islam . Sistem politik Aja Nabrak Tembok (tidak menentang arus) diterapkan oleh para dunan..
Dalam budaya jawa sebenarnya sangat sarat dengan filsafat hidup (ular-ular). Ada yang disebut Hasta Brata yang merupakan teori kepemimpinan, berisi mengenai hal-hal yang disimbolisasikan dengan benda atau kondisi alam seperti Surya, Candra, Kartika, Angkasa, Maruta,Samudra,Dahana dan Bhumi.
1. Surya (Matahari) memancarkan sinar terang sebagai sumber kehidupan. Pemimpin hendaknya mampu menumbuhkembangkan daya hidup rakyatnya untuk membangun bangsa dan negaranya.

2. Candra (Bulan) , yang memancarkan sinar ditengah kegelapan malam. Seorang pemimpin hendaknya mampu memberi semangat kepada rakyatnya ditengah suasana suka ataupun duka.

3. Kartika (Bintang), memancarkan sinar kemilauan, berada ditempat tinggi hingga dapat dijadikan pedoman arah, sehingga seorang pemimpin hendaknya menjadi teladan bagi untuk berbuat kebaikan

4. Angkasa (Langit), luas tak terbatas, hingga mampu menampung apa saja yang datang padanya.Prinsip seorang pemimpin hendaknya mempunyai ketulusan batin dan kemampuan mengendalikan diri dalam menampungpendapat rakyatnya yang bermacam-macam.

5. Maruta (Angin), selalu ada dimana-mana tanpa membedakan tempat serta selalu mengisi semua ruang yang kosong. Seorang pemimpin hendaknya selalu dekat dengan rakyat, tanpa membedakan derajat da martabatnya.

6. Samudra (Laut/air), betapapun luasnya, permukaannya selalu datar dan bersifat sejuk menyegarkan. Pemimpin hendaknya bersifat kasih sayang terhadap rakyatnya.

7. Dahana (Api), mempunyai kemampuan membakar semua yang bersentuhan dengannya. Seorang pemimpin hendaknya berwibawa dan berani menegakkan kebenaran secara tegas tanpa pandang bulu.

8. Bhumi (bumi/tanah), bersifat kuat dan murah hati. Selalu memberi hasil kepada yang merawatnya.
Pemimpin hendaknya bermurah hati (melayani) pada rakyatnya untuk tidak mengecewakan kepercayaan rakyatnya.

Dalam teori kepemimpinan yang lain ada beberapa filsafat lagi yang banyak dipakai , agar setiap pemimpin (Khususnya dari Jawa) memiliki sikap yang tenang dan wibawa agar masyarakatnya dapat hidup tenang dalam menjalankan aktifitasnya seperti falsafah : Aja gumunan, aja kagetan lan aja dumeh. Maksudnya, sebagai pemimpin janganlah terlalu terheran-heran (gumun) terhadap sesuatu yang baru (walau sebenarnya amat sangat heran), tidak menunjukkan sikap kaget jika ada hal-hal diluar dugaan dan tidak boleh sombong (dumeh) dan aji mumpung sewaktu menjadi seorang pemimpin.Intinya falsafah ini mengajarkan tentang menjaga sikap dan emosi bagi semua orang terutama seorang pemimpin.
Falsafah sebagai seorang anak buahpun juga ada dalam ajaran Jawa, ini terbentuk agar seorang bawahan dapat kooperatif dengan pimpinan dan tidak mengandalakan egoisme kepribadian, terlebih untuk mempermalukan atasan, seperti digambarkan dengan, Kena cepet ning aja ndhisiki, kena pinter ning aja ngguroni,kena takon ning aja ngrusuhi. Maksudnya, boleh cepat tapi jangan mendahului (sang pimpinan) , boleh pintar tapi jangan menggurui (pimpinan), boleh bertanya tapi jangan menyudutkan pimpinan. Intinya seorang anak buah jangan bertindak yang memalukan pimpinan, walau dia mungkin lebih mampu dari sang pimpinan. Sama sekali falsafah ini tidak untuk menghambat karir seseorang dalam bekerja, tapi, inilah kode etik atau norma yang harus di pahami oleh tiap anak buah atau seorang warga negara, demi menjaga citra pimpinan yang berarti citra perusahaan dan bangsa pada umumnya. Penyampaian pendapat tidak harus dengan memalukan,menggurui dan mendemonstrasi (ngrusuhi) pimpinan, namun pasti ada cara diluar itu yang lebih baik. Toh jika kita baik ,tanpa harus mendemonstrasikan secara vulgar kebaikan kita, orang pun akan menilai baik.
Dalam kehidupan umum pun ada falsafah yang menjelaskan tentang The Right Man on the Right Place (Orang yang baik adalah orang yang mengerti tempatnya). Di falsafah jawa istilah itu diucapakan dengan Ajining diri saka pucuke Lathi, Ajining raga saka busana. Artinya harga diri seseorang tergantung dari ucapannya dan sebaiknya seseorang dapat menempatkan diri sesuai dengan busananya (situasinya). Sehingga tak heran jika seorang yang karena ucapan dan pandai menempatkan dirinya akan dihargai oleh orang lain. Tidak mengintervensi dan memasuki dunia yang bukan dunianya ini ,sebenarnya mengajarkan suatu sikap yang dinamakan profesionalisme, yang mungkin agak jarang dapat kita jumpai (lagi). Sebagai contoh tidak ada bedanya seorang mahasiswa yang pergi ke kampus dengan yang pergi ke mal , dan itu baru dilihat dari segi busana/bajunya , yang tentu saja baju akan sangat mempengaruhi tingkah laku dan psikologi seseorang.
Masih banyak filsafat Jawa yang mungkin, tidak dapat diuraikan satu persatu, terlebih keinginan saya bukan untuk banyak membahas hal ini, mengingat ini bukan bidang saya, namun kami hanya ingin memberikan suatu wacana umum kepada pembaca, bahwa, banyak sekali ilmu yang dapat kita gali dari budaya (Jawa) kita saja, sebelum kita menggali budaya luar terlebih hanya meniru (budaya luar)-nya saja.

ShoutMix chat widget


.