Kamis, 21 Juli 2011

DZIKIR

Al Ghazali berkata :

“Ketahuilah bahwa orang - orang yang memandang dengan cahaya
bashirah mengetahui bahwa tidak ada keselamatan kecuali dalam
pertemuan dengan Allah ta’ala, dan tidak ada jalan untuk bertemu Allah
keduali dengan kematian hamba dalam keadaan mencintai Allah dan
mengenal Allah. Sesungguhnya cinta dan keakraban tidak akan tercapai
kecuali dengan selalu mengingat yang dicintai. Sesungguhnya pengenalan
kepada-Nya tidak akan tercapai kecuali dengan senantiasa berfikir tentang
berbagai penciptaan, sifat-sifat dan perbuatan-perbuatanNya. Di alam
wujud ini yang ada hanyalah Allah dan perbuatan-perbuatanNya.
Sementara itu, tidak akan bisa senantiasa dzikir dan fikir kecuali dengan
berpisah dari dunia berikut syahwat-syahwatnya dan mencukupkan diri
dengannya sesuai keperluan. Tetapi itu semua tidak akan tercapai kecuali
dengan mengoptimalkan waktu-waktu malam dan siang dalam tugas-tugas
dzikir dan fikir.

Karena tabiat nafsu mudah jemu dan pesimis maka ia tidak bisa bertahan
lama dalam satu “seni” aktivitas yang dapat membantu melakukan dzikir
dan fikir, sehingga manusia dituntut agar memberikan “kesegaran” dengan
berganti-ganti dari satu “seni” ke “seni” yang lain, dari satu bentuk ke
bentuk yang lain, sesuai dengan setiap waktu agar dengan pergantian
tersebut dapat merasakan kelezatannya dan dengan kelazatan itu bisa
mempertahankan semangat dan kelangsungannya. Oleh sebab itu, wirid wirid
dibagi kepada beberapa bagian yang beraneka ragam. Jadi, fikir dan
dzikir harus meliputi semua waktu atau sebagian besarnya, karena tabiat
jiwa cenderung kepada kesenangan dunia.
Jika seorang hamba mengalokasikan separuh waktunya untuk mengatur
urusan dunia dan syahwatnya yang dibolehkan misalnya sedangkan
separuh lainnya untuk berbagai ibadah, niscaya kecenderungan kepada
dunia akan lebih berat karena hal ini sesuai dengan tabiatnya.

Dalam pertarungan antar kedua kecenderungan itu, tabiat berpihak kepada
kecenderungan dunia, karena zhair dan batin manusia saling membantu
pada perkara-perkara dunia sehingga hati menjadi terarahkan untuk
mencarinya. Sedangkan kembali kepada ibadah merupakan hal yang berat
dan hati tidak dapat berkonsentrasi penuh kepadanya kecuali pada waktuwaktu
tertentu. Karena itu, barangsiapa yang ingin masuk sorga tanpa hisab
maka hendaklah ia mengoptimalkan waktunya untuk keta’atan. Dan
barangsiapa ingin daun timbangan kebaikan dan kebajikannya lebih berat
maka hendaklah ia menggunakan sebagian besar waktunya untuk
keta’atan.


Jika ia mencampuraduk amal shalih dengan amal keburukan maka ia berada
dalam bahaya, tetapi harapan tak pernah terputus dan ampunan dari
kedermawanan Allah senantiasa dinantikan ; semoga Allah berkenan
mengampuninya dengan kedermawanan-Nya. Itulah yang dapat terungkap
oleh orang-orang yang memandang ( kehidupan dan permasalahan )
dengan cahaya bashirah. Jika Anda tidak termasuk diantara mereka maka
perhatikanlah khithab Allah kepada Rasul-Nya dan seraplah dengan cahaya
iman. Allah berfirman kepada hamba-hambaNya yang paling dekat dan
paling tinggi derajatnya di sisi-Nya :

”Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang
(banyak).Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan
penuh ketekunan.” ( Al Muzzammil : 7-8)
Ì
”Dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang. Dan pada
sebagian dari malam, Maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-
Nya pada bagian yang panjang dimalam hari.” ( Al Insan : 25 – 26)

”Maka bersabarlah kamu terhadap apa yang mereka katakan dan
bertasbihlah sambil memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan
sebelum terbenam(nya). Dan bertasbihlah kamu kepada-Nya di malam hari
dan Setiap selesai sembahyang.” (Qaaf : 39-40)

”Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, Maka
Sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami, dan bertasbihlah
dengan memuji Tuhanmu ketika kamu bangun berdiri. Dan bertasbihlah
kepada-Nya pada beberapa saat di malam hari dan di waktu terbenam
bintang-bintang (di waktu fajar)”. ( At thur : 48-49)

”Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk)
dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.” (Al Muzzammil : 6)


”Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah
dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum
terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan
pada waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa senang.” ( Thaha :
130 )

”Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang)
dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatanDzikir
perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang
buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (Hud : 114)

Kemudian perhatikanlah bagaimana dan dengan apa Allah menyebutkan
sifat-sifat para hamba-Nya yang sukses :

“(Apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang
yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia
takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?
Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orangorang
yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang
dapat menerima pelajaran.” (Az Zumar :9)

“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya[1193] dan mereka selalu
berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka
menafkahkan apa apa rezki yang Kami berikan.” (As Sajadah : 16)

”Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk
Tuhan mereka.” (Al Furqan : 64)

”Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam.Dan selalu
memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar.” (Adz Dzariyat : 17-18)

”Maka bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada di petang hari dan
waktu kamu berada di waktu subuh. (Ar Rum : 17)

”Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di
pagi dan petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaanNya.” (Al
An’am : 52)

Itu semua menjelaskan kepada Anda bahwa jalan kepada Allah ialah
dengan mengatur waktu dan menyermarakkanya dengan wirid-wirid secara
ajeg. Oleh sebab itu Rasulullah saw bersabda : ”Hamba yang paling dicintai
Allah ialah orang-orang menjaga matahari, bulan dan bayang-bayang untuk
mengingat Allah” (Diriwayatkan oleh Thabrani dan al Hakim, ia brkata :
shahih sanadnya).
Allah berfirman :

”Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.” (Ar Rahman : 5)

”Apakah kamu tidak memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu, bagaimana
Dia memanjangkan (dan memendekkan) bayang-bayang dan kalau Dia
menghendaki niscaya Dia menjadikan tetap bayang-bayang itu, kemudian
Kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas bayang-bayang itu, kemudian
Kami menarik bayang-bayang itu kepada kami dengan tarikan yang
perlahan-lahan.” (Al Furqan : 45-46)

”Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah
Dia sampai ke manzilah yang terakhir) Kembalilah Dia sebagai bentuk
tandan yang tua” (Yasin : 39)

”Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu
menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut.
Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami)
kepada orang-orang yang mengetahui.” (Al An’am : 97)

Janganlah anda mengira bahwa tujuan dari peredaran matahari dan bulan
dengan perhitungan yang cermat dan teratur, serta penciptaan bayangbayang,
cahaya dan bintang-bintang itu, hanya untuk membantu urusan
dunia saja, tetapi juga untuk mengetahui ukuran-ukuran waktu penunaian
berbagai ketaatan dan perniagaan akhirat, sebagaimana ditegaskan dalam
firman Allah :

”Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang
yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur.”
(Al Furqan : 62)

Yakni keduanya saling silih berganti untuk menyusuli ketinggalan yang ada
pada yang lain, dan dijelaskan bahwa hal ini adalah dzikir dan syukur. Allah
berfirman :

”Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan
tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari
kurnia dari Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun
dan perhitungan. dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas.”
(Al Isra’ : 12)

Karunia yang diharapkan itu adalah pahala dan ampunan. Semoga Allah
memberikan taufiq kepada apa yang diridhai-Nya.
Sa’id Hawwa berkata : orang yang menhendaki akhirat harus membuat
program rutin untuk dirinya berupa bacaan istighfar, tahlil, shalawat atas
Rasulullah saw dan dzikir-dzikir ma’tsur lainnya, sebagaimana ia harus
membiasakan lisannya untuk dzikir terus menerus seperti tasbih,istighfar,
tahlil, takbir, atau hauqalah (laa haula walaa quwwata illaa billah), untuk
menambah program rutin tersebut dengan berbagai shalat, ibadah dan
amalan-amalan yang telah kami paparkan. Kesucian dan ketinggian jiwanya
akan sangat ditentukan oleh sejauh mana ia telah melaksanakan saranasarana
tazkiyah, baik ia merasakannya ataupun tidak.

Dikutip dari : Buku ”Mensucikan Jiwa Intisari Ihya’ Ulumuddin Al Ghazali”
oleh Said Hawwa
---------------------

Tidak ada komentar:


ShoutMix chat widget


.