Kamis, 21 Juli 2011

Ikhlas dan Niat dalam Segala Perilaku Kehidupan

1. Dari Amiril Mukminin Abu Hafsh Umar bin Khathab bin Naufal
bin Abdul Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurth bin Razah bin
Adiy bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib Al-Qurasyiy Al-Adawiy ra.,
ia berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda:
“Setiap amal disertai dengan niat. Setiap amal seseorang
tergantung dengan apa yang diniatkannya. Karena itu, siapa
saja yang hijrahnya (dari Mekkah ke Madinah) karena Allah
dan Rasul-Nya. (mekakukam hijrah demi mengagungkan dan
melaksanakan perintah Allah dan utusan-Nya), maka
hijrahnya tertuju kepada Allah dan Rasul-Nya (diterima dan
diridhai Allah). Tetapi siapa saja yang melakukan hijrah demi
kepentingan dunia yang akan diperolehnya, atau karena
perempuan yang akan dinikahinya, maka hijrahnya sebatas
kepada sesuatu yang menjadi tujuannya (tidak diterima oleh
Allah).” (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Dari Ummul Mukminin Ummu Abdillah Aisyah ra. ia berkata:
Rasulullah SAW Bersabda: “Ada sekelompok pasukan yang
akan menyerang Ka’bah, namun ketika mereka sampai di
tanah lapang, maka mereka dibinasakan dari muka sampai
yang paling belakang. Aisyah bertanya: “Wahai Rasulullah,
bagaimana mereka dibinasakan dari depan sampai yang
paling belakang, padahal di antara mereka ada orang yang
berbelanja serta ada pula orang yang bukan dari golongan
mereka?” Beliau menjawab: “Mereka dibinasakan dari depan
sampai yang paling akhir, kemudian mereka akan
dibangkitkan sesuai dengan niatnya masing-masing.” (HR.
Bukhari dan Muslim)

3. Dari Aisyah ra. Ia berkata: Nabi SAW bersabda: “Tidak ada
hijrah lagi setelah dibukanya kota Makkah, tetapi yang ada
adalah jihad (berjuang di jalan Allah) dan niat untuk selalu
berbuat baik. Oleh karena itu, jika kalian dipanggil untuk
berjuang, maka berangkatlah!” (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Dari Abu Abdillah Jabir bin Abdillah Al-Anshariy ra. Ia berkata:
Kami bersama Nabi SAW dalam salah satu peperangan,
kemudian beliau bersabda: “Sesungguhnya di Madinah ada
beberapa orang, apabila kalian menempuh perjalanan atau
menyeberangi lembah, mereka senantiasa mengikuti,
sedangkan yang mengahalangi mereka hanyalah sakit.”
Dalam salah satu riwayat disebutkan, Rasulullah bersabda:
“Melainkan mereka selalu menyertai kalian di dalam mencari
pahala.” (HR. Muslim)

5. Dari Anas ra., ia berkata: Kami bersama-sama dengan Nabi
SAW kembali dari peperangan Tabuk, kemudian beliau
menjelaskan: “Sesungguhnya masih ada beberapa kaum atau
orang yang kami tinggalkan di Madinah, mereka senantiasa
menyertai kita, baik sewaktu keluar masuk pedusunan
maupun sewaktu menyeberangi lembah, yang menghalangi
mereka hanya uzur.” (HR. Bukhari)

6. Dari Abu Yazid Ma’an bin Yazid bin Al-Akhnas ra. Ia berkata:
“Ayahku Yazid biasa mengeluarkan beberapa dinar untuk
disedekahkan, dan dipercayakan kepada seseorang di masjid
untuk membaginya. Kemudian aku pergi ke masjid untuk
meminta dinar itu, dan menunjukkan kepada ayahku, lalu
ayahku berkata: “Demi Allah, dinar itu tidak aku sediakan
untukmu.” Peristiwa itu kemudian aku sampaikan kepada
Rasulullah SAW, maka beliau bersabda: “Bagimu apa yang
kamu niatkan hai Yazid, dan bagimu apa yang kamu ambil hai
Ma’an.” (HR. Bukhari)

7. Dari Abu Ishaq Sa’ad bin Abi Waqqash Malik bin Uhaib bin
Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin
Lu’ay Al-Qurasyiy Az-Zuhriy ra. (beliau salah seorang dari
sepuluh orang yang dijamin masuk surga), ia berkata:
“Rasulullah SAW menjenguk saya ketika haji Wada’, karena
sakit keras, kemudian saya berkata: “Wahai Rasulullah,
sesungguhnya sakit saya sangat keras sebagaimana engkau
lihat, sedangkan saya mempunyai harta yang cukup banyak
dan yang mewarisi hanyalah seorang anak perempuan.
Bolehkah saya sedekahkan dua pertiga dari harta saya itu?”
Beliau menjawab: “Tidak boleh.” Saya bertanya lagi:
“Bagaimana kalau separuhnya?” Beliau menjawab: “Tidak
boleh.” Saya bertanya lagi: “Bagaimana kalau sepertiganya?”
Beliau menjawab: “Sepertiga itu banyak dan cukup besar.
Sesungguhnya jika kamu meninggalkan ahli warismu kaya, itu
lebih baik daripada kamu meninggalkan mereka dalam
keadaan miskin, sehingga mereka terpaksa meminta-minta
kepada sesama manusia. Sesungguhnya apa yang kamu
nafkahkan dengan maksud untuk mencari ridha Allah pasti
kamu diberi pahala, termasuk apa yang dimakan oleh
istrimu.” Kemudian saya bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah
saya akan segera berpisah dengan kawan-kawanku?” Beliau
menjawab: “Sesungguhnya kamu belum akan bepisah. Kamu
masih akan menambah amal yang kamu niatkan untuk
mencari ridha Allah, sehingga akan bertambah derajat dan
keluhuranmu. Dan barangkali kamu akan segera meninggal
setelah sebagian orang dapat mengambil manfaat darimu,
sedangkan yang lain merasa dirugikan olehmu. Seraya
berdoa, Abu Ishaq berkata: “Ya Allah, mudah-mudahan
sahabat-sahabatku dapat melanjutkan hijrah mereka dan
janganlah engkau mengembalikan mereka ke tempat yang
mereka tinggalkan, tetapi kasihan Sa’ad bin Kaulah yang
selalu disayangkan oleh Rasulullah karena ia mati di Makkah.”
(HR. Bukhari dan Muslim) )

8. Dari Abu Hurairah Abdurrahman bin Shakhr ra., ia berkata
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak
memandang kepada tubuh kalian dan tidak pula kepada rupa
kalian, tetapi Dia memandang kepada hati kalian.” (HR.
Muslim)

9. Dari Abu Musa Abdullah bin Qais Al-Asy’ariy ra., ia berkata:
“Rasulullah SAW pernah ditanya, manakah yang termasuk
berperang di jalan Allah? Apakah berperang karena
keberanian, kesukuan, ataukah berperang karena ria’?
Rasulullah SAW menjawab: “Siapa saja yang berperang agar
kalimat Allah terangkat, maka itulah perang di jalan Allah.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

10. Dari Abu Bakrah Nufa’i bin Harits Ats-Tsaqafiy ra., ia
berkata: Nabi SAW bersabda: “Apabila ada dua orang Islam
yang bertengkar dengan pedangnya, maka orang yang
membunuh dan yang terbunuh sama-sama berada dalam
neraka.” Saya bertanya: “Wahai Rasulullah, sudah wajar yang
membunuh masuk neraka, tetapi mengapa yang terbunuh
juga masuk neraka?” Beliau menjawab: “Karena ia sangat
berambisi untuk membunuh kawannya.” (HR. Bukhari dan
Muslim)

11. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: “Rasulullah SAW
bersabda: “Shalat seseorang dengan berjamaah, lebih banyak
pahalanya daripada shalat sendirian di pasar atau di
rumahnya, selisih dua puluh derajat. Karena seseorang yang
telah menyempurnakan wudhunya, kemudian pergi ke masjid
dan hanya bertujuan untuk shalat, maka setiap langkah
diangkatlah satu derajat dan diampuni satu dosa, sampai ia
masuk masjid. Apabila ia berada dalam masjid ia dianggap
mengerjakan shalat selama menunggu dilaksanakannya. Para
malaikat mendoakan: “Ya Allah, kasihanilah dia, ampunilah
dosa-dosanya, terimalah taubatnya selama tidak berbuat
gaduh dan berhadats.” (HR. Bukhari dan Muslim)

12. Dari Abil Abbas Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib
ra., ia berkata: Rasulullah SAW menjelaskan apa yang
diterima dari Tuhannya, yaitu: “Sesungguhnya Allah SWT.,
sudah mencatat semua perbuatan baik dan buruk, kemudian
Allah menerangkannya kepada para malaikat, mana
perbuatan yang baik dan mana pula perbuatan buruk yang
harus dicatat. Oleh karena itu, siapa saja bermaksud
melakukan perbuatan baik, lalu tidak mengerjakannya, maka
Allah mencatat maksud baik itu sebagai satu amal baik yang
sempurna. Jika orang itu bermaksud melakukan kebaikan,
lalu mengerjakannya, maka Allah mencatat disisi-Nya sebagai
sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus kali lipat, dan dilipat
gandakannya lagi. Siapa saja yang bermaksud melakukan
keburukan, lalu tidak jadi melakukannya, maka Allah
mencatatnya sebagai satu amal baik yang sempurna. Apabila
ia bermaksud melakukan keburukan kemudian
mengerjakannya, maka Allah mencatatnya sebagai satu
kejelekan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

13. Dari Abu Abdirrahman bin Abdullah bin Umar bin
Khaththab ra., ia berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW,
bercerita: “Sebelum kalian, ada tiga orang sedang berjalanjalan,
kemudian mereka menemukan sebuah gua yang dapat
digunakan untuk berteduh dan mereka pun masuk, tiba-tiba
ada batu yang besar dari atas bukit menggelinding dan
menutupi pintu gua, sehingga mereka tidak dapat keluar.
Salah seorang diantara mereka berkata “Sungguh tidak ada
yang dapat menyelamatkan kalian dari bahaya ini, kecuali bila
kalian berdoa kepada Allah SWT., dengan menyebutkan amalamal
shalih yang pernah kalian perbuat.” Kemudian salah
seorang diantara mereka berdoa: “Ya Allah, Saya mempunyai
orang tua yang sudah renta. Kebiasaanku, mendahulukan
mereka minum susu sebelum saya berikan kepada anak isteri
dan budakku. Suatu hari, saya terlambat pulang karena
mencari kayu namun keduanya sudah tidur, aku enggan
untuk membangunkannya, tetapi saya terus memerah susu
untuk persedian minum keduanya. Walaupun demikian saya
tidak memberikan susu itu kepada keluarga maupun kepada
budakku sebelum keduanya minum. Dan saya menunggunya
hingga terbit fajar. Ketika keduanya bangun, kuberikan susu
itu untuk diminum, padahal semalam anakku menangis
terisak-isak minta susu sambil memegangi kakiku. Ya Allah,
jika berbuat itu karena mengharapkan ridha-Mu, maka
geserkanlah batu yang menutupi gua ini.” Kemudian
bergeserlah sedikit batu itu, tetapi mereka belum bisa keluar
dari gua itu. Orang kedua pun melanjutkan doanya: “Ya Allah,
sesungguhnya saya mempuyai saudara sepupu yang sangat
saya cintai.” Dalam riwayat lain disebutkan: “Saya sangat
mencintainya sebagaimana orang laki-laki mencintai orang
perempuan, saya selalu ingin berbuat zina dengannya, tetapi
ia selalu menolaknya. Beberapa tahun kemudian, ia tertimpa
kesulitan. Ia pun datang untuk meminta bantuanku, dan saya
berikan kepadanya seratus dua puluh dinar dengan syarat
menyerahkan dirinya kapan saja saya menginginkan.” Pada
riwayat yang lain: “Ketika saya berada diantara kedua
kakinya, ia berkata: “Takutlah kamu kepada Allah. Janganlah
kamu sobek selaput darahku kecuali dengan jalan yang
benar.” Mendengar yang demikian saya meninggalkannya dan
merelakan emas yang aku berikan, padahal dia orang yang
sangat saya cintai. Ya Allah, jika perbuatan itu karena
mengharapkan ridha-Mu, maka geserkanlah batu yang
menutupi gua ini.” Kemudian bergeserlah batu itu, tetapi
mereka belum bisa keluar dari gua itu. Orang yang ketiga
melanjutkan doanya: “Ya Allah, saya mempekerjakan
beberapa karyawan dan digaji dengan sempurna, kecuali ada
seorang yang meninggalkan saya dan tidak mau mengambil
gajinya terlebih dahulu. Kemudian gaji itu saya kembangkan
kemudian menjadi banyak. Selang beberapa tahun, dia
datang dan berkata: “Wahai hamba Allah, berikanlah gajiku!”
Saya berkata: “Semua yang kamu lihat baik unta, sapi,
kambing, maupun budak yang menggembalakannya, semua
adalah gajimu.” Ia berkata: “Wahai hamba Allah, janganlah
engkau mempermainkan aku!” Saya menjawab: “Saya tidak
mempermainkanmu.” Kemudian dia mengambil semuanya itu
dan tidak meninggalkannya sedikitpun. Ya Allah, jika
perbuatan itu karena mengharapkan ridha-Mu, maka
singkirkanlah batu yang menutupi pintu gua ini.” Kemudian
bergeserlah batu itu dan mereka pun bisa keluar dari dalam
gua.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Tidak ada komentar:


ShoutMix chat widget


.